Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah salah satu mahasiswi semester akhir. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra yang memiliki nilai moral tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Perbedaan Bukan Alasan untuk Bersatu

2 September 2024   14:30 Diperbarui: 2 September 2024   14:30 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu malam, Raka memutuskan untuk berbicara dengan Laila. "Laila, aku merasa ada yang tidak beres. Meskipun kita telah menemukan desa ini, aku masih merasa kosong di dalam. Aku pikir, desa ini bukanlah jawaban dari apa yang kita cari."

Laila terkejut mendengar kata-kata Raka. Dia sendiri merasa bahagia berada di desa itu, tapi dia juga memahami perasaan Raka. "Mungkin kau benar, Raka," kata Laila pelan. "Mungkin desa ini bukanlah tujuan akhir kita. Mungkin perjalanan kita belum selesai."

Mendengar jawaban Laila, Raka merasa sedikit lega. Dia tidak sendirian dalam perasaan ini. Mereka berdua tahu bahwa mereka harus melanjutkan perjalanan mereka, meskipun mereka belum tahu ke mana.

Pagi berikutnya, Raka dan Laila berpamitan dengan penduduk desa. Mereka berterima kasih atas keramahan dan kebaikan yang mereka terima selama tinggal di sana. Penduduk desa memberkati mereka dan mendoakan keselamatan mereka dalam perjalanan selanjutnya.

Raka dan Laila melanjutkan perjalanan mereka, kali ini tanpa tujuan yang jelas. Mereka hanya mengikuti insting mereka, membiarkan langkah-langkah mereka membawa mereka ke mana pun jalan itu akan berakhir. Perjalanan itu tidak mudah, tetapi mereka tidak merasa takut atau ragu. Mereka tahu bahwa mereka sedang mencari sesuatu yang lebih besar dari sekadar sebuah desa tersembunyi.

Perjalanan mereka membawa mereka melewati padang rumput yang luas, hutan-hutan lebat, dan pegunungan yang menjulang tinggi. Mereka bertemu dengan banyak orang di sepanjang jalan, masing-masing dengan kisah hidup mereka sendiri. Setiap pertemuan memberi mereka wawasan baru tentang kehidupan dan memperkaya perjalanan mereka.

Selama perjalanan itu, Raka dan Laila menjadi semakin dekat satu sama lain. Mereka berbagi mimpi, harapan, dan ketakutan mereka. Mereka saling menguatkan ketika salah satu dari mereka merasa lelah atau putus asa. Mereka tahu bahwa mereka telah menjadi lebih dari sekadar teman perjalanan---mereka telah menjadi sahabat sejati.

Namun, meskipun mereka telah menemukan banyak hal dalam perjalanan mereka, Raka masih merasa ada sesuatu yang kurang. Dia masih merasa ada yang belum dia temukan, sesuatu yang dia tahu sangat penting untuk dirinya.

Suatu hari, ketika mereka sedang berjalan di sepanjang pantai yang sepi, Raka berhenti dan menatap laut yang luas. Ombak berdebur lembut di pantai, menciptakan suara yang menenangkan. Angin laut bertiup lembut, membawa aroma garam dan kebebasan.

"Laila," kata Raka tiba-tiba, "aku pikir aku sudah tahu apa yang selama ini aku cari."

Laila menatap Raka dengan penuh perhatian. "Apa itu, Raka?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun