Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah salah satu mahasiswa semester 6. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Diary, Bayangan Diantara Bayangan

26 Agustus 2024   06:22 Diperbarui: 31 Agustus 2024   20:13 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hidupku, yang selama ini terasa seperti lingkaran rutin yang monoton, berubah dalam sekejap hanya karena sebuah kejadian yang tampaknya sepele. Pagi ini, aku bangun dengan perasaan yang aneh---sesuatu di udara, mungkin, atau hanya bayangan perasaanku sendiri. Meski begitu, aku mencoba mengabaikannya dan memulai hariku seperti biasa.

Rutinitasku tak pernah berubah: bangun pukul 6 pagi, menyeduh kopi hitam, menyalakan komputer, dan memeriksa email-email pekerjaan yang sudah menumpuk sejak semalam. Namun, hari ini, ada satu email yang menarik perhatianku. Pengirimnya tidak dikenal, hanya tertulis nama "J", dan subjek email itu pun tak lebih dari satu kata: "Warisan."

Aku ragu-ragu sebelum membuka email itu. Apakah ini semacam scam? Sebuah trik murahan untuk menarik perhatianku? Tapi akhirnya, rasa penasaran menang. Email itu sangat singkat, hanya berisi satu kalimat: "Kamu telah dipilih untuk menemukan apa yang seharusnya menjadi milikmu." Di bawah kalimat itu, terdapat sebuah koordinat, dan tak ada yang lain.

Aku tak bisa menahan rasa ingin tahuku. Aku segera memeriksa koordinat itu di Google Maps. Lokasinya menunjuk ke sebuah rumah tua di pinggiran kota, yang letaknya agak terpencil. Rumah itu sudah lama tak berpenghuni, berdasarkan penampilan luarnya yang terabaikan. Tiba-tiba, email kedua masuk, kali ini dengan lampiran sebuah gambar. Aku membuka lampiran itu, dan terkejut saat melihat gambar kunci kuno dengan ukiran rumit di gagangnya. Pesannya hanya: "Kuncinya ada padamu."

Jantungku berdebar-debar. Aku tak pernah melihat kunci seperti itu sebelumnya, tetapi sesuatu di dalam diriku merasa familiar dengan benda itu. Seperti ada sebuah memori yang terkubur jauh di bawah permukaan kesadaranku, menunggu untuk diingat. Aku menyimpan email itu dan memutuskan bahwa aku harus pergi ke lokasi tersebut. Mungkin ini hanya permainan pikiran, tapi ada sesuatu yang memaksaku untuk mencari tahu lebih jauh.

Sorenya, aku bergegas meninggalkan kantor. Perjalanan menuju lokasi yang tertera pada koordinat memakan waktu sekitar satu jam. Rumah tua itu tampak persis seperti yang kuduga---usang, dengan cat yang mengelupas dan jendela-jendela yang tertutup debu. Di pintu depan, aku melihat lubang kunci yang sepertinya sesuai dengan kunci di gambar yang dikirimkan padaku.

Aku berdiri di depan pintu itu untuk beberapa saat, merasa bingung dan sedikit takut. Namun, rasa penasaran yang lebih besar memaksaku untuk mendorong pintu itu. Anehnya, pintu itu tidak terkunci dan terbuka dengan suara berderit yang membuat bulu kudukku meremang.

Di dalam, rumah itu gelap dan berdebu. Udara di dalamnya lembab dan penuh aroma kayu lapuk. Ruangan pertama yang kumasuki adalah ruang tamu, dengan perabotan tua yang tertutup kain putih. Sebuah lukisan besar tergantung di atas perapian yang sudah lama tak digunakan. Lukisan itu menggambarkan seorang pria tua dengan tatapan mata yang tajam, seolah-olah ia sedang mengawasiku dari masa lalu.

Aku menelusuri rumah itu dengan hati-hati, mencoba memahami apa yang harus kulakukan selanjutnya. Setiap langkahku menghasilkan suara kayu yang berderit, dan setiap ruangan yang kumasuki tampak lebih suram dari sebelumnya. Hingga akhirnya, aku menemukan sebuah pintu kayu di ujung lorong. Pintu ini berbeda dari yang lainnya---ia terlihat lebih baru dan terbuat dari kayu yang kokoh, dengan ukiran rumit di sekeliling bingkainya.

Tanpa berpikir panjang, aku mencoba membuka pintu itu, tetapi terkunci. Aku ingat gambar kunci yang dikirimkan padaku. Mungkinkah kunci itu adalah kunci untuk pintu ini? Tapi di mana aku harus menemukan kunci tersebut?

Aku kembali ke ruang tamu dan mulai mencari petunjuk. Di atas meja terdapat sebuah buku tua dengan sampul kulit. Aku membukanya dan menemukan halaman-halaman yang sudah menguning. Di dalam buku itu, terdapat catatan-catatan tangan yang sulit terbaca, tetapi satu kalimat menarik perhatianku: "Di balik rahasia ini terletak takdir yang tersembunyi."

Aku merasa semakin bingung dan frustasi. Tak ada petunjuk nyata di sini, hanya misteri yang semakin dalam. Aku hampir saja menyerah dan pergi ketika mataku tertuju pada sebuah kotak kayu kecil di sudut ruangan. Kotak itu tampak biasa saja, tetapi ketika aku membukanya, di dalamnya ada sebuah kunci yang sama persis dengan yang ada di gambar.

Tanganku gemetar saat aku mengambil kunci itu. Apakah ini benar-benar kunci untuk pintu misterius itu? Aku kembali ke lorong dan dengan hati-hati memasukkan kunci itu ke dalam lubang. Sesuatu di dalam diriku bergetar saat aku memutar kunci, dan dengan bunyi klik yang nyaring, pintu itu terbuka.

Di balik pintu, ada sebuah ruangan kecil yang hanya diterangi oleh sinar matahari yang masuk melalui jendela kecil di dinding. Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja dengan kotak besi besar di atasnya. Aku mendekati meja itu, jantungku berdetak kencang, dan mencoba membuka kotak itu, tetapi ia terkunci juga.

Tentu saja, pikirku. Semua di rumah ini tampaknya terkunci.

Aku mencari-cari lebih lanjut di ruangan itu, dan menemukan sebuah catatan kecil tersembunyi di bawah meja. Catatan itu berisi instruksi dalam bahasa Latin yang berusaha aku pahami. Untungnya, aku mengingat beberapa kata dari pelajaran bahasa Latin yang pernah kuambil bertahun-tahun lalu. Catatan itu tampaknya adalah petunjuk untuk membuka kotak besi tersebut. "Hanya dengan hati yang murni, kebenaran akan terbuka," begitulah bunyi salah satu bagian catatan itu.

Aku berdiri di sana, mencoba memahami apa maksud dari kalimat itu. Aku mencoba berbagai kombinasi kata dan kunci, tetapi tak ada yang berhasil. Kegagalan demi kegagalan mulai membuatku putus asa. Namun, aku tahu, aku tak bisa menyerah sekarang. Terlalu banyak yang dipertaruhkan.

Aku duduk di lantai, mengatur napasku, dan mencoba menenangkan pikiranku. Mungkin ada sesuatu yang luput dari perhatianku. Aku mengeluarkan semua isi dari tasku, dan ketika aku menelusuri barang-barang yang kubawa, aku menemukan sebuah lencana kecil yang diberikan oleh nenekku bertahun-tahun lalu. Lencana itu bertuliskan kata-kata Latin: Veritas vos liberabit---"Kebenaran akan membebaskanmu."

Tiba-tiba semuanya terasa jelas. Aku kembali ke kotak besi dan mengucapkan kata-kata itu sambil meletakkan lencana di atasnya. Dalam sekejap, kotak itu terbuka dengan suara berderak. Di dalamnya, aku menemukan sebuah buku harian tua yang tampaknya sudah berusia ratusan tahun. Buku itu penuh dengan tulisan tangan yang jelas dan rapi, meskipun beberapa halaman sudah mulai rapuh.

Aku mulai membaca halaman pertama. Buku harian itu ternyata milik kakek buyutku, yang hidup pada awal abad ke-20. Dalam tulisannya, ia menjelaskan bagaimana ia terlibat dalam sebuah organisasi rahasia yang memiliki pengetahuan tentang sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang bisa mengubah dunia jika jatuh ke tangan yang salah.

Buku harian itu penuh dengan detail tentang pencarian, petualangan, dan bahaya yang dihadapinya. Tapi yang paling mengejutkan adalah entri terakhirnya, yang berbicara tentang sebuah penemuan yang ia sembunyikan di rumah ini, penemuan yang bisa menjadi senjata atau berkah, tergantung pada siapa yang menemukannya. Di akhir tulisannya, ia meminta maaf kepada keluarganya karena harus menyimpan rahasia ini, tetapi ia percaya bahwa hanya keturunannya yang memiliki hati yang murni dan niat baik yang bisa menemukan dan menggunakannya dengan bijak.

Aku terdiam sejenak, merenungi makna dari apa yang baru saja kubaca. Penemuan ini---apapun itu---tampaknya sangat berharga, tetapi juga sangat berbahaya. Apakah aku siap untuk menghadapi tanggung jawab sebesar ini? Apakah aku orang yang tepat untuk menemukannya?

Aku menyadari bahwa aku tak bisa menjawab pertanyaan itu sendirian. Aku membutuhkan bantuan, seseorang yang bisa kuberi kepercayaan untuk membantu menyelesaikan misteri ini. Tapi siapa? Tidak banyak orang dalam hidupku yang benar-benar kukenal dengan baik, dan bahkan lebih sedikit lagi yang bisa kupastikan memiliki niat baik.

Aku memutuskan untuk menyimpan buku harian itu untuk sementara waktu, sampai aku yakin apa langkah selanjutnya. Aku mengunci kembali ruangan itu, mengembalikan kunci besi ke tempatnya, dan meninggalkan rumah tua itu dengan pikiran yang penuh dengan pertanyaan.

Malam itu, aku duduk di kamar tidurku, merenungi semua yang telah terjadi. Apakah semua ini nyata? Ataukah ini hanya permainan pikiran yang aneh? Tapi kemudian, aku melihat kunci kuno itu di atas mejaku, dan aku tahu bahwa apa yang kualami hari ini adalah kenyataan.

Aku merasa ada beban yang berat di pundakku, tetapi di sisi lain, ada juga rasa penasaran yang membara di dalam diriku. Apa yang ditemukan kakek buyutku? Bagaimana penemuan itu bisa mengubah dunia? Dan yang paling penting, mengapa aku yang terpilih untuk menemukannya?

Dalam diam, aku tahu bahwa jawabannya hanya akan datang jika aku terus maju. Ini mungkin bukan jalan yang mudah, tetapi aku harus melaluinya. Karena sekarang, rahasia besar ini sudah menjadi bagian dari hidupku, dan aku tidak bisa berpura-pura bahwa semua ini tidak pernah terjadi.

Sumbawa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun