Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah salah satu mahasiswi semester akhir. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra yang memiliki nilai moral tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bayangan di Bawah Langit Kelabu

20 Agustus 2024   05:23 Diperbarui: 20 Agustus 2024   06:23 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari celah tirai usang yang menutupi jendela, Sari bisa melihat pria itu berdiri di depan cermin besar. Namun, apa yang dilihatnya membuatnya merinding. Bayangan pria itu di dalam cermin bergerak sendiri, berbicara dengan pria itu seolah-olah hidup.

Sari menutup mulutnya agar tidak berteriak. Dia berusaha menjauh dari jendela, tetapi sesuatu di dalam dirinya membuatnya tetap diam di tempat. Dia merasa perlu mengetahui lebih banyak, meski bahaya jelas mengintai.

Di dalam rumah, pria itu kembali mendekati cermin. "Aku akan memulai ritualnya sekarang," ucapnya dengan suara tegas.

Bayangan di dalam cermin itu tertawa kecil. "Lakukanlah, tapi ingat, ini adalah jalan tanpa kembali. Begitu kamu mulai, tidak ada yang bisa menghentikannya."

Pria itu mengeluarkan sebuah buku tua dari tas yang dibawanya. Buku itu penuh dengan simbol-simbol aneh dan tulisan kuno yang tidak bisa dibaca oleh orang awam. Dia mulai melantunkan mantra dari buku itu, dan seketika suasana di dalam rumah berubah. Angin dingin bertiup kencang, membuat tirai-tirai bergetar hebat. Suara-suara aneh mulai terdengar, seolah-olah berasal dari seluruh penjuru rumah.

Sari yang mengintip dari luar semakin ketakutan. Dia tahu bahwa apa pun yang dilakukan pria itu, pasti akan membawa bencana.

Mantra yang dilantunkan pria itu membuat bayangan di dalam cermin semakin nyata. Bayangan itu keluar dari cermin, mengambil bentuk fisik yang menyeramkan. Dia adalah sosok tinggi dengan mata yang bersinar merah, mengenakan jubah hitam yang tampak seolah terbuat dari kegelapan itu sendiri.

Sosok itu berdiri di depan pria tersebut. "Kamu telah membebaskanku," katanya dengan suara yang berat dan menakutkan.

Pria itu mengangguk, meskipun tubuhnya bergetar. "Aku telah menebus kesalahanku. Sekarang, ambillah apa yang kau inginkan."

Sosok itu tersenyum, tetapi senyum itu dipenuhi oleh kebencian. "Aku akan mengambilnya, tapi ingatlah, harganya akan sangat mahal."

Tanpa peringatan, sosok itu melesat ke arah pria tersebut dan menelannya dalam kegelapan. Pria itu menjerit, tetapi suaranya segera hilang ditelan oleh kesunyian yang mencekam. Dalam sekejap, sosok bayangan dan pria itu menghilang, menyisakan hanya cermin besar yang retak di tengah ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun