Mohon tunggu...
Marisa Rayhani
Marisa Rayhani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perbaiki Generasi Saat Ini dan Nanti dengan Kesadaran Jalani Setiap Peran

15 April 2019   12:17 Diperbarui: 5 Mei 2019   12:06 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membangun generasi dimulai dari orang tua

menahan tangis, mengubah jadi tarikan nafas dalam mengumpulkan kekuatan, memberanikan diri untuk menghadapi dan bicara "perbuatan kamu salah dan harus dihukum", lalu langsung lapor ke guru.

Kemudian dia memilih SMP dan SMA berikut konsekuensi berjuang masuk, bertahan di dalam nya hingga harus lulus dengan baik. Sekolah dengan banyak anak "borju", dari orang tua berpangkat - berkedudukan - berkecukupan materi (bukan dia yang cuma remahan, si anak biasa-biasa, biasa kemampuan akademik- biasa keluarganya- biasa parasnya). Anak-anak yang menunjukkan eksistensi dengan hal-hal yang mereka peroleh dari orang tua, berbentuk senioritas, gank, populer/ gaul yang mayoritas karena materi (fisik dan ekonomi). Pergaulan semacam seleksi alam, "borju-gorjes nge-gank" secara naluriah merasa lebih kuat dibanding kebalikannya.

Peristiwa "labrak" yaitu konfrontasi dengan kekerasan verbal seperti mengata-ngatai atau merendahkan. Untung dia tak pernah melihat kekerasan fisik berupa baku hantam, paling deg-degan yang dia saksikan adalah percobaan melukai dengan melempar batu dan merusak kendaraan.

Dia, si anak biasa-biasa punya banyak waktu memproses pengalaman mata dan telinga menjadi pemikiran seputar akar penyebabnya. Eksistensi seperti itu semacam unjuk kemampuan dan kekuatan (fisik, sosial, ekonomi). Namun yang dia lihat sesungguhnya adalah anak-anak yang berlindung dibalik rasa aman karena kemampuan orang tuanya dan mampu tampil berani ketika bersama/ berkelompok. Kepribadian "berkedok" yang sejatinya lemah, pengecut, dan manja. Maka dulu dia tak ambil pusing dengan hingar bingar "sosialita" di depan mata.

Meski demikian, tak sedikit keberadaan anak berkarakter baik di sekolahnya. Tampak matang dengan sikap dan cara interaksi bersahaja, apalagi kemampuan akademis luar biasa.

---

Tampaknya setelah bertahun-tahun perempuan itu lulus sekolah, fenomena lakon agresif, intimidatif, dan kepopuleran materi  masih dengan kemiripan latar hanya berbeda kemasan perubahan sosial. Sampai pada tragedi membuat geram, ngilu, dan melukai hati banyak orang yang sempat ramai diberitakan tempo lalu.

Dengan cepat banyak tulisan dari pemikiran yang lebih komprehensif dan ahli di bidangnya merespon kejadian tersebut. Insight yang dia tangkap dari beberapa tulisan adalah: peran orang tua.

Apa yang tampak pada anak-anak masa kini?

Sulit diatur atau berani membentak orang tua dan guru?

Berkata dan berbuat kasar dalam pergaulan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun