Mohon tunggu...
marisa trilestari
marisa trilestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa / Universitas Ahmad Dahlan

saya hobi berenang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Scaffolding dalam Stimulasi Kognitif AUD

19 Mei 2023   13:55 Diperbarui: 19 Mei 2023   14:00 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING 

DALAM STIMULASI  

KOGNITIF AUD

Marisa Tri Lestar/4/PGPAUD

 

  • PENDAHULUAN 

Pendidikan merupakan hal yang penting untuk anak usia dini. Dimana pada anak usia dini yang merupakan masa emas bagi tumbuh kembangnya anak, pada usia ini yaitu usia 0-8 tahun dimana orang tua harus benar benar memperhatikan tumbuh kembang mereka dengan baik karena pada usia ini anak sangat cepat pertumbuhannya secara fisik maupun perkembangannya dalam ranah psikis termasuk perkembangan otak dan kecerdasan kognitf motoriknya. Maka dari itu orang tua harus benar benar memberikan Pendidikan yang baik bukan “asal-asalan” apalagi mendidik dengan cara memperburuk tumbuh kembang anak.

Seorang anak akan lebih bertindak eksploratif untuk mendorong keingintahuan mereka tentang apa yang berada disekitar mereka, mereka belum mengetahui fungsi dan bahaya dari beberapa benda yang ada disekitar mereka. Nah, maka peran orang tua, peran orang yang mengawasi anak dalam kesehariannya sangatlah penting.  Dalam aktivitasnya harus benar benar diawasi dengan maksimal, anak usia dini mempunyai sifat “semaunya” dan seenaknya”. Namun disamping itu anak mempunyai gaya belajar meniru, disini orang tua dan guru mempunyai peluang untuk memberikan contoh perilaku yang baik secara konkrit agar anak bisa mempelajari hal hal yang baru dengan mudah dan baik.

Dalam sebuah artikel penelitian yang dilakukan oleh Khaironi, (2020,5), karakter anak usia dini sebagai berikut:

  • Memiliki rasa ingin tahu yang besar
  • Merupakan pribadi yang unik
  • Suka berfantasi dan berimajinasi
  • Masa paling potensial untuk belajar
  • Menunjukan sikap egosentris
  • Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek
  • Sebagai bagian dari makhluk sosial

Banyak dari Sebagian anak yang mengalami gangguan belajar berupa memakai dan melepaskan sepatu dengan baik dan benar, dan lancar dikarenakan beberapa orang tua dan guru belum menerapkan cara belajar scaffolding dengan baik sehingga kecerdasan kognitif anak berupa terampil dalam memakai dan melepaskan sepatu belum berkembang dengan baik. Padahal semestinya apabila orangtua mengetahui dan menyadari potensi yang sangat besar yang ada pada anak usia dini tentu orangtua dan guru akan memiliki dan memilih cara yang paling baik dalam mengajari dan melatihkan keterampilan baru pada anak-anak mereka. Diantara cara yang efektif dalam melatihkan hal-hal baru bagi anak usia dini adalah dengan menggunakan cara atau teknik scaffolding.

  • PEMBAHASAN 

Teori Scaffolding pertama kali diperkenalkan pada akhir 1950 oleh seorang psikolog kognitif bernama Jerome Bruner. Teori Bruner terinspirasi dari konsep assisted learning milik Lev Vygotsky, seorang psikolog Rusia yang fokus mempelajari perkembangan anak. Scaffolding merupakan suatu istilah yang dikemukakan oleh Bruner (dalam Ayuningsih, 2011 : 49) yakni “proses yang digunakan oleh orang dewasa untuk menuntun anak anak untuk melalui zona perkembangan proksimalnya” zona perkembangan proksimal yang dimaksud adalah area dimana kemampuan anak berkembang dari potensi yang dimilikinya menuju ke level kemampuan yang lebih berkembang (Vygotsky, dalam Slavin: 2009).

Pada anak usia dini untuk melatihkan suatu keterampilan-keterampilan pada diri seorang anak, seorang guru dan orangtua dapat menggunakan cara atau teknik yang dikenal dengan istilah scaffolding. Smith, Leslie; Dockrell, Julie and Tomlinson, (1997, 25) menyatakan bahwa scaffolding sendiri memiliki arti melatihkan suatu keterampilan tertentu kepada anak dengan cara mengajarkan langsung, memperaktikkkan langsung suatu keterampilan yang dimaksud dengan bantuan dari orangtua atau guru secara langsung kepada anak. Teknik scaffolding inilah yang akan digunakan oleh peneliti untuk pemecahan masalah atau sebagai suatu teknik yang digunakan untuk meningkatkan kecerdasan anak dalam mempelajari suatu keterampilan-keterampilan baru dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan scaffolding ini peneliti sangat berharap para pengasuh anak-anak usia dini dapat semakin mudah dalam memberikan pelatihan bagi anak usia dini dalam kaitannya dengan melatihkan keterampilan baru dan pengembangan kognitif anak.

Vygotsky dalam teorinya menggunakan istilah Zone Of Proximal Development (ZPD) yang berarti kemampuan yang telah dikuasai oleh anak secara matang sampai dimana kemampuan yang baru muncul dan perlu bantuan dari orang dewasa. Proses orang dewasa memberikan bantuan kepada anak dalam membangangun pemahaman dan pengetahuan baru ini di sebut dengan istilah scaffolding (Pijakan).(Nurtaniawati, 2017).

Scaffolding dapat digunakan orang dewasa dalam memperbaiki kesalahan yang dilakukan anak, scaffolding berguna untuk lebih memfasilitasi anak mengkonstruksi pengetahuan, yang sesuai dengan makna belajar. secara umum ada tiga pola dalam pemberian scaffolding yang pertama dimulai dari hal yang kongkrit atau hal yang seherhana terlebih dahulu, kedua pertanyaan yang diberikan bersifat refleksif dan memberikan pengertian pengertian suatu konsep yang berhubungan dengan langkahlangkah penyelesaian untuk membimbing ke arah jawaban. Ketiga, memberikan penekanan akan hubungan yang terdapat dalam melakukan langkah-langkah penyelesaian.(Larasati & Mampouw, 2018).

Dalam sebuah ruang kelas, tingkat kemampuan anak dalam memahami materi tentunya akan berbeda beda. Ada yang memahami materi dengan cepat, ada yang sulit memahami juga sering ada yang tertinggal dengan sebayanya. Nah, apa yang harus dilakukan guru terhadap situasi tersebut ? tentunya guru harus memiliki metode pembelajaran yang strategis untuk anak. Metode scaffolding ini tentunya cocok untuk diterapkan dikelas tersebut. Keuntungan menggunakan metode scaffolding ini adalah sebagai berikut :

  • Menciptakan lingkungan belajar yang suportif dan menerima murid
  • Murid merasa nyaman dan bebas dalam mengemukakan pendapat pertanyaan dan mendukung teman sekelasnya dalam pembelajaran murid merasa terlibat dalam pembelajaran dan termotivasi untuk belajar
  • Guru yang menggunakan metode ini menjadi lebih berperan sebaigai mentor dan fasilitator pembelajaran
  • Murid diberikan ruang untuk berperan aktif dalam pembelajaran

  • Cara guru mengajar dengan metode sacffoding yaitu :
  • Tunjukkan dan berikan penjelasan, contoh Dengan cara menunjukkan dan menjelaskan, Anda bisa menyelesaikan sebuah soal dengan cara memberikan murid penjelasan mengenai langkah-langkahnya.
  • Jelaskan dari apa yang mereka alami, Scaffolding dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan dengan berangkat apa yang mereka tahu, atau mereka alami dalam keseharian. Dengan cara cara ini, seorang murid dapat langsung mengkorelasikan materi pelajaran dengan kehidupan mereka sendiri.
  • gunakan materi visual, Video interaktif, gambar dan chart merupakan tools yang digunakan dalam metode Scaffolding. Penggunaan alat yang bersifat visual juga sangat membantu murid yang kesulitan belajar dengan cara membaca.
  • PENUTUP 

Teknik scaffolding dapat digunakan untuk mengembangkan tingkat kecerdasan kognitif anak usia dini dan dapat mempercepat anak usia dini dalam mempelajari keterampilan yang baru. Keberhasilan implementasi teknik scaffolding juga dipengaruhi oleh faktor kedekatan antara guru dengan anak, komunikasi yang menggembirakan guru kepada anak, faktor kesabaran guru dalam mendidik dan melatih anak.

  • DAFTAR PUSTAKA 

Akhmad, E. I. ( 1 Juni 2022). IMPLEMENTASI TEKNIK SCAFFOLDING UNTUK. Jurnal Bunga Rampai Usia Emas 7, Jurnal PGMI, No. 1 (2021): 27.

Busri, A. (n.d.). PENERAPAN PENDEKATAN SCAFFOLDING DALAM. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan, Pontianak .

Rendy, A. (November 2022). Desain Pembelajaran Scaffolding Berorientasi Cognitive. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, Vol. 07 No. 02.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun