Rabu, 29 Januari 2025
Ibr 10: 11-18; Mrk 4:1-20
Dalam dunia pertanian, tanah adalah sarana pertama yang paling menentukan tumbuh kembangnya sebuah bibit. Pertumbuhan dan perkembangan bibit sangat bergantung dengan kondisi tanah. Dalam perumpamaan tentang penabur ini, tanah mendapat perhatian penting, karena tanah dalam perumpamaan ini adalah situasi hati manusia.
Pertama, tanah di pinggir jalan. Jenis tanah ini adalah hati yang keras. Yesus menyebutkan bahwa sebagian benih jatuh di pinggil jalan, dan ketika benih itu jatuh, datanglah burung dan memakannya.
Jenis tanah ini menggambarkan hati yang keras, yang tidak bisa menerima Sabda Tuhan. Hati ini tertutup, keras, dan tidak peka dengan ajakan Tuhan. Ketika Sabda Allah datang, hati yang keras ini akan langsung diambil oleh keraguan, godaan, atau bahkan kebingungan. Mereka yang memiliki hati seperti ini tidak peduli dengan Firman Tuhan, atau mungkin sudah terbiasa mengabaikan Sabda Allah.
Kedua, tanah yang berbatu-batu. Jenis tanah ini melambangkan hati yang dangkal. Yesus menjelaskan bahwa di tanah ini benih jatuh. Benih tersebut bertumbuh, tetapi kemudian mati karena tidak memiliki akar yang dalam.
Jenis tanah ini menggambarkan hati yang dangkal, yang mungkin awalnya menerima Sabda Allah dengan sukacita, tetapi kemudian meredup karena tidak memiliki kedalaman. Kemungkinan orang yang seperti ini adalah yang suka datang pada Tuhan tetapi ketika ujian dan tantangan datang melanda, mereka mundur lebih cepat.
Ketiga, tanah yang bersemak. Jenis tanah ini melambangkan hati yang terbelah-belah. Jenis tanah ini menumbuhkan semak. Pada tanah ini, benih yang ditabur memang bertumbuh, tetapi karena tumbuh bersama semak-semak, pertumbuhannya terhambat. Efeknya, benih yang bertumbuh kesulitan untuk berbuah.
Jenis tanah ini melambangkan hati yang terbelah. Meskipun Sabda Allah diterima, namun hatinya juga penuh dengan hal duniawi, segala kecemaran hidup, dan lain sebagainya. Orang-orang yang terbiasa merelativisir segala hal, sangat mungkin masuk dalam jenis ini. Orang-orang yang mengidap penyakit aktivisme (aktivitas tanpa refleksi) juga bisa masuk golongan tanah jenis ini.
Keempat, tanah yang baik. Jenis tanah ini melambangkan hati yang subur. Jenis tanah ini sangat terbuka pada benih yang jatuh, sehingga benih dapat bertumbuh dengan baik untuk menghasilkan buah yang berlimpah.
Jenis tanah ini pun menggambarkan hati yang menerima Sabda Allah dengan rendah hati (artinya humus). Hati yang demikian tidak mudah terpengaruh oleh godaan dunia atau masalah hidup yang berat. Sabda Tuhan yang tumbuh di hati yang demikian menghasilkan buah yang berlimpah demi Kerajaan Allah dan demi sesama manusia.
Di hari ini, apakah situasi hati kita saat ini? Setiap hari kita merenungkan Sabda Tuhan, tetapi bagaimana situasi hati kita? Tentu saja Allah ingin Sabda-Nya berakar kuat dalam hati kita, mengubah dan menghasilkan buah yang baik. Semoga sebagai pendengar dan pelayan Sabda, kehidupan kita sungguh-sungguh dikuasai oleh Tuhan yang selalu menaburkan benih kebaikan di hati kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI