Mohon tunggu...
Putra Mario
Putra Mario Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Siapa-siapa

Orang yang Biasa-biasa Saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Iman Mengarah ke Tuhan

17 Januari 2025   10:28 Diperbarui: 17 Januari 2025   10:28 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menurunkan si lumpuh dari atap (Gambar: www.parokisantolukas.org)

Jumat, 17 Januari 2025

Peringatan Wajib St. Antonius Abas

Ibr 4:1-5,11; Mrk 2:1-12

Sudah beberapa hari ini kita mendengarkan bacaan Injil tentang Yesus menyembuhkan orang sakit. Dan hari ini kita kembali disuguhkan dengan kisah Yesus menyembuhkan orang sakit. Kali ini, yang disembuhkan adalah orang yang mengalami kelumpuhan.

Kisah Injil hari ini menarik. Kisahnya agak sedikit dramatis. Dikisahkan bahwa Yesus kembali datang ke Kapernaum. Kabar tentang Yesus pun langsung tersebar dengan cepat dari mulut ke mulut. Efeknya, orang-orang langsung menuju kepada Yesus yang sedang berada di dalam sebuah rumah. Tujuan mereka mencari Yesus adalah untuk mendengarkan pengajaran-Nya yang menyejukkan hati dan meminta agar orang-orang sakit di sembuhkan.

Kisah Injil ini menjadi menarik karena ketika Yesus sedang memberitakan firman, tiba-tiba ada empat orang datang membawa orang lumpuh kepada Yesus. Tetapi, karena orang banyak mengerumuni Yesus, mereka terpaksa membongkar atap rumah supaya bisa membawa orang lumpuh itu kepada Yesus. Coba bayangkan, hanya demi  bertemu Yesus atap rumah orang dibongkar. Itu rumah orang, bukan rumah mereka. Tentu apa yang dilakukan orang-orang ini adalah melawan adat, karena tidak sopan.

Ya, sebagai pembaca modern, kita pasti akan menilai bahwa yang dilakukan orang-orang pembawa tilam itu tidak sopan. Namun, tindakan menghancurkan atap yang dilakukan oleh empat orang pembawa tilam orang lumpuh itu, di dalam Injil, tidak mendapat respon apapun dari si pemilk rumah. Terlebih memang rumah yang ditempati saat itu adalah rumahnya Petrus, murid Yesus. Yesus dan juga orang-orang yang ada dalam rumah tidak menghentikan aksi dari orang-orang itu. Kemungkinan mereka dilihat orang banyak.

Mengingat aksi empat orang itu tidak mendapat respon negatif dari Yesus, dari orang-orang yang sedang berkumpul, dan terlebih dari pemilik rumah, aksi tersebut dinilai sebagai aksi yang didasarkan iman yang besar. Yesus sendiri memuji aksi mereka sebagai tindakan iman. Namun, penting diingat bahwa aksi pembongkaran atap rumah bukanlah "tujuan menghalalkan cara", tetapi lebih dari itu penulis Injil mau menunjukkan bahwa iman adalah salah satu kebajikan yang penting untuk diteladani oleh pembacanya dalam menghadapi situasi-situasi sulit dalam mencari kehendak Allah (Aboagye Aryeh, 2018:9).

Dari kisah Injil ini, penting kita bertanya: Apa itu iman? Iman dikenal sebagai jawaban manusia atas panggilan Ilahi. Itu artinya, ada gerakan dalam diri manusia untuk mengarahkan diri kepada Tuhan. Dengan lain kata, iman merupakan kesadaran dalam diri manusia untuk selalu percaya akan karya Allah di dalam kehidupan.

Aksi para pembawa tilam orang lumpuh ini menggambarkan ketergerakan diri manusia untuk mengakses diri kepada Tuhan. Mereka tahu bahwa ada Firman di dalam rumah. Untuk itu, kesadaran menggerakan diri mereka untuk sebisa mungkin mengakses diri ke Firman tersebut. Iman menggerakan mereka karena ada keyakinan yang tertanam kuat bahwa Tuhan mampu memberi daya ubah bagi kehidupan.

Hal ini berarti, seorang Kristiani diajak untuk mendekatkan diri dengan Firman Tuhan. Sebab Mazmur 119:105 tertulis, "Firman-Mu pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku". Firman Tuhan sungguh memberi daya ubah dalam hidup bagi orang-orang yang percaya pada-Nya, pada Firman-Nya.

Aksi para pembawa tilam orang lumpuh ini memberi pelajaran penting bagi kita untuk selalu mencari Tuhan dalam hidup. Dalam situasi apapun, sebisa mungkin untuk mencari Kehendak Allah. Dalam Injil Matius tertulis, "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat 6:33). Kalau Yesaya bernubuat, "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui" (Yes 55:6). Pesan kuat yang bisa kita ambil adalah menanamkan kepercayaan bahwa Tuhan senantiasa bisa berbuat sesuatu atas diri kita. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun