Kedua, sukacita mengubah kita. Setelah menemukan Maria, Yosef dan bayi yang terbaring dalam palungan, para gembala ini tidak bisa berdiam diri. Mereka tidak hanya melihat, tetapi juga memberitakan sukacita yang mereka alami. Mereka menceritakan segala sesuatu yang telah dikatakan kepada mereka tentang bayi yang baru lahir itu. Sama seperti anak-anak yang baru mendapat pengalaman baru langsung menceritakan segala sesuatu kepada orangtuanya, begitu pula dengan para gembala ini.
Sukacita yang datang dari perjumpaan dengan Tuhan seharusnya mengubah hidup kita, membuat kita semakin berani untuk membagikan kabar baik kepada orang lain. Sukacita ini bukan untuk disembunyikan, tetapi untuk dibagikan kepada orang-orang di sekitar kita.
Ketiga, sukacita membawa kemuliaan kepada Tuhan. Setelah menceritakan semua tentang kelahiran Yesus, gembala-gembala ini kembali ke tempat mereka, untuk kemudian memuliakan dan memuji Allah. Sukacita sejadi selalu berujung pada pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Setiap langkah perjalanan iman kita, setiap sukacita yang kita rasakan seharusnya mendekatkan kita kepada Allah, membuat kita semakin bersyukur dan memuji-Nya.
Sukacita Natal bukan hanya tentang perayaan, hadiah, atau kebersamaan keluarga. Lebih dari itu, sukacita Natal adalah tentang perjalanan iman yang mengarahkan kita kepada Tuhan. Natal seharusnya menjadi panggilan bagi kita untuk lebih dekat keapda Tuhan, untuk menemukan-Nya, untuk dikuatkan-Nya, dan untuk membagikan kabar baik ini kepada dunia.
Semoga kita, seperti gembala-gembala ini, dapat mengalami sukacita yang mengubah hidup kita, yang membawa kita semakin dekat dengan Tuhan, dan yang memuliakan Allah di dalam hidup kita.
Selamat Nata! Sukacita Tuhan menyertai kita hari ini dan selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H