Mohon tunggu...
Putra Mario
Putra Mario Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Siapa-siapa

Orang yang Biasa-biasa Saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengakui Kehebatan Orang Lain

16 Desember 2024   07:00 Diperbarui: 16 Desember 2024   03:40 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senin, 16 Desember 2024

Bil 24:2-7,15-17a; Mat 21:23-27

Injil pada hari ini membicarakan diskusi antara Yesus dengan imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi perihal otoritas Yesus. Imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi ini datang kepada Yesus dan mempertanyakan otoritas Yesus karena sebelumnya Yesus sempat bersih-bersih Bait Allah (Mat 21:12-17).

Sebelum Yesus datang, Bait Allah memang telah menjadi ladang bisnis, tempat jual beli burung merpati, tempat tukar uang, dan lain sebagainya. Singkatnya, Bait Allah telah menjadi sarang penyamun. Atas fenomena di Bait Allah inilah, tanpa komando dari mana-mana, Yesus datang untuk bersih-bersih Bait Allah tersebut.

Tentu saja, tindakan Yesus mendapat perhatian khusus dari imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Dengan usaha Yesus tersebut, mereka ini mempertanyakan otoritas Yesus dan berusaha untuk mendiskreditkan Yesus. Mereka mempertanyakan otoritas Yesus karena mereka sangat jengkel dengan Yesus, terlebih setelah Yesus membersihkan Bait Allah, imam-imam kepala dan para ahli Taurat melihat mukjizat kesembuhan yang dilakukan Yesus dan anak-anak memuji Yesus (Mat 21:14-15).

Obsesi mereka untuk menguasai telah membutakan mereka terhadap kebenaran Tuhan, yang berujung pada penolakan mereka terhadap Yesus. Hal ini terjadi karena mereka merasa dirugikan dengan tindakan Yesus, yang karena membersihkan bisnis-bisnis seputaran Bait Allah, juga membuat mereka mengalami kerugian.

Pernah ada yang menyebutkan bahwa ada bisnis-bisnis yang menjanjikan di seputaran Bait Allah memang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya, karena memang kebutuhan/permintaan pasar untuk kegiatan keagamaan begitu tinggi. Pasar yang dituju adalah orang-orang yang datang dari tempat yang jauh, karena memang tidak mungkin orang pikul hewan kurban dari tempat jauh, sehingga mau tidak mau mereka harus membeli hewan kurban di seputaran Bait Allah itu.

Kegiatan jual beli hewan kurban memang hal yang biasa. Orang-orang membutuhkan hewan tersebut untuk kegiatan keagamaan. Namun, yang menjadi tidak baik adalah adanya permainan pasar yang memonopoli harga, sehingga mencekik ekonomi umat. Inilah yang ditentang oleh Yesus. Tindakan Yesus untuk bersih-bersih Bait Allah adalah karena permainan kotor para penjual hewan kurban yang berusaha membuat para pembeli menggantungkan keinginan secara penuh kepada para penjual, yang menyebabkan pembeli tidak berkutik.

Oleh karena tindakan inilah maka imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi mempertanyakan otoritas Yesus: Siapakah Yesus di dalam Bait Allah? Apa kepentingan Yesus berkaitan dengan Bait Allah? Di dalam struktur keagamaan, Yesus tidak memiliki otoritas apa-apa. Apalagi kalau mau lihat kehidupan keluarga Yesus, ayah-Nya seorang tukang kayu dan ibu-Nya seorang ibu rumah tangga biasa. Bukan orang terpandang di masyarakat. Mereka mempertanyakan otoritas karena yang berhak atas Bait Allah adalah para imam di Bait Allah. Dalam arti, imam-imam ini merasa tersinggung karena mereka bertanggungjawab penuh atas Bait Allah.

Akan tetapi, Yesus begitu cerdik. Dia menggunakan sosok Yohanes Pembaptis untuk melawan balik serangan dari imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Dalam posisi yang sama, Yohanes Pembaptis tidak punya otoritas pelayanan. Apa hak Yohanes Pembaptis untuk membaptis orang? Apa hak Yohanes Pembaptis untuk berkotbah? Kuasa Yohanes Pembaptis tentu saja dari Tuhan. Namun, imam-imam kepada dan tua-tua Yahudi enggan mengakui otoritas tersebut, dan lebih memilih untuk tidak menjawab.

Sebenarnya imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi ini tahu tentang Yesus, terlebih melihat sepak terjang Yesus yang mampu mengadakan mukjizat dan memberi pengajaran. Dengan begitu, mereka paham bahwa Yesus memiliki kuasa yang berasal dari Allah, bahwa Yesus memiliki kualitas Ilahi karena Dia diutus oleh Allah. Namun, mereka secara sadar menolak mengakuinya karena takut akan kehilangan kuasa dan pengaruh di masyarakat. Mereka lebih peduli pada status mereka sendiri dari pada kebenaran.

Berdasarkan inspirasi Injil hari ini, kita belajar untuk menjadi orang yang rendah hati, yang mau mengakui kehebatan orang lain. Kerendahan hati sejati lahir dari pengakuan bahwa Allah dapat bekerja melalui siapa saja, termasuk orang-orang di sekitar kita. Mengakui kehebatan orang lain tidak berarti merendahkan diri kita. Sebaliknya, itu menunjukkan kekuatan karakter dan iman bahwa Allah bekerja dengan cara yang melampaui pemahaman kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun