Manusia adalah homo social. Ungkapan ini amat terkenal di telinga kita. Ungkapan tersebut hendak menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak bisa dilepas-pisahkan dari manusia lainnya.
Maka muncullah satu ungkapan lain yang terkenal juga, "No man is an island", yang hendak menunjukkan bahwa tiada satu manusiapun yang bisa hidup sendiri, seperti sebuah pulau.
Untuk itulah, manusia lain diciptakan. Keberadaan manusia yang lain adalah agar manusia saling membantu satu sama lain yang mengalami kesulitan, kesusahan, kesedihan, dan lain-lain. Ketika terjadi kesusahan, manusia lain bisa membantu manusia yang kesusahan itu.
Namun, ketika ada manusia lain yang muncul, yang namanya manusia, tidak bisa lepas pula dari gesekan-gesekan. Hidup bersama seringkali melahirkan pertikaian antar sesama. Seringkali perbedaan di antara manusia memunculkan kemelut dalam kehidupan bersama.
Terlebih dalam kehidupan kawula muda. Masa muda adalah masa untuk berteman dengan banyak orang. Tetapi, yang namanya kawula muda, selalu saja ada gesekan ketika mereka berteman dengan orang lain.
Untuk itu, orangtua-orangtua orang Manggarai selalu memberi nasihat kepada anak-anak mereka untuk berteman secara baik-baik dengan orang lain. Dengan memberi nasihat, orangtua orang Manggarai sebenarnya telah memberikan pendidikan karakter kepada anak-anak.
Salah satu sarana pendidikan karakter orang Manggarai adalah dengan go'et (secuil penjelasan tentang go'et bisa dilihat di sini). Ada satu go'et  atau peribahasa dari orangtua orang Manggarai biasanya diucapkan kepada anak-anak mereka agar berelasi dengan teman-teman mereka secara baik, yakni,
Curup hae ubu, neho luju mu'u cepa hae reba cama neho emas lema
Arti harafiah dari go'et ini adalah bersahabatlah dengan yang baik dan berbicaralah dengan sopan santun.
Orangtua adalah guru pertama bagi anak-anak. Merekalah yang memperkenalkan dunia kepada anak-anak. Termasuk memperkenalkan rambu-rambu kehidupan. Untuk itu, orangtua perlu memberi nasihat kepada anak-anak mereka sebelum keluar dari rumah.
Sebagai misal, ketika seorang anak mengucapkan kata-kata kotor, orangtua akan secara otomatis akan mengoreksi dan meminta anak mereka agar jangan mengucapkan kata itu lagi. Kata tersebut adalah kata yang tak pantas dalam pergaulan.
Nasihat ini sangat penting agar pergaulan mereka dengan orang lain dapat terjalin dengan baik. Sebab, lingkungan yang baik dihasilkan dari suatu pergaulan antar individu yang baik baik pula. Atau lebih dalam lagi, lingkungan yang baik dihasilkan dari ajaran orangtua di dalam rumah masing-masing.
Ajaran dalam go'et ini tidak bermaksud agar anak-anak dilarang bergaul dengan siapa saja. Akan tetapi, anak diingatkan agar tidak terpengaruh ajaran yang tidak baik yang mungkin saja ditularkan oleh anak lain.
Selain itu, anak juga diajarkan untuk bertutur kata dengan baik. Anak-anak diminta untuk menghindari kata yang menyakiti hati orang lain, entah teman maupun orang yang lebih muda atau lebih tua dari mereka.
Harapannya yang muncul dari go'et ini adalah agar anak mengetahui mana yang baik yang harus mereka terima dan mana yang buruk yang harus mereka tolak.
Inilah pendidikan karakter yang diusahakan oleh orangtua orang Manggarai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H