Mohon tunggu...
Mario F. Cole Putra
Mario F. Cole Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Siapa-siapa

Orang yang Biasa-biasa Saja

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Di Laga Selanjutnya, Spanyol Harus Mencari Solusi

18 Juni 2021   13:04 Diperbarui: 18 Juni 2021   13:07 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: www.bola.net

Spanyol mengawali langkah di Euro 2020 dengan agak berat.

Pertama, ketika sang entrenador, Luis Enrique, menetapkan para pemain untuk berlaga di pentas Eropa, dia tidak memanggil satupun para pemain Real Madrid. Enrique lantas disebut anti-Real Madrid. Tentu ini sangat mengganggu konsentrasi tim nasional Spanyol yang hendak berlaga.

Kedua, yang tidak kalah mengganggu adalah beberapa pemain yang ter-suspect covid-19. Padahal, saat itu, Euro akan segera dimulai. Rencana yang telah dibangun terpaksa dirombak. Enrique pun langsung bergerak cepat memanggil beberapa pemain sebagai alternatif.

Ketiga, laga perdana La Furia Roja di Euro 2020 kurang memuaskan. Pertandingan yang diadakan di Sevilla itu harus berakhir dengan skor kacamata, 0-0. Kedua tim berbagi angka 1-1 untuk poin di klasemen sementara grup E.

Soal Ball Position Spanyol

Timnas Spanyol terkenal dengan permainan tiki-taka. Permainan jenis ini mengutamakan penguasaan bola, sembari mencari ruang eksploitasi di daerah pertahanan lawan.

Pada pertandingan melawan Swedia, sebagaimana dilansir whoscored.com, Spanyol mencatat ball position terbanyak di dunia, yakni 85,1% : 14,9%. Ball position yang fantastis!  Belum lagi shots 17 : 4, passes 917 : 162, dan touches 1062 : 318.

Namun, apakah ini tujuan penguasaan bola dari Spanyol? Untuk sekadar angka untuk data dan statistic pasca pertandingan?

Guardiola, mantan manajer Barcelona yang memberikan efek besar pada tiki-taka, menuturkan bahwa dia membenci tiki-taka jika pemain hanya sekadar menguasai bola. Baginya, tujuan dari penguasaan itu adalah memancing pemain ke sisi lain dan secepat mungkin memberikan bola kepada rekan setim yang berada di posisi lemah dari wilayah permainan lawan (Kompas.com).

Inilah yang hilang dari permainan Spanyol selama ini. Alih-alih ingin menguasai bola selama mungkin, para pemain Spanyol  justru terlalu lama menguasai bolanya. Bola mengalir dari kaki ke kaki tanpa jelas. Entah mau dibawa ke mana. Kalaupun bola sampai ke pertahanan lawan, penyelesaian akhir sangat minim.

Di sisi lain, kesulitan dalam penerapan permainan tiki-taka adalah jika berhadapan dengan tim yang menerapkan taktik parkir bus. Taktik ini menekankan para pemain untuk bertahan dengan sebanyak mungkin orang di daerah pertahanan sendiri.

Akan tetapi, tim tidak sedakar bertahan. Motif parkir adalah untuk memancing para pemain lawan agar para pemain belakang lawan bergerak maju sampai ke tengah lapangan, sehingga kelihatan bermain setengah lapangan. 

Ketika mereka terpancing, rencana selanjutnya adalah memberi efek kejut dengan mengeluarkan jurus jitu, yakni serangan balik. Biasanya serangan ini memanfaatkan pemain yang memilki kecepatan berlari di atas rata-rata. Real Madrid di era Jose Mourinho selalu menerapkan taktik ini ketika berhadapan dengan Barcelona.

Beruntung bagi Spanyol ketika berhadapan dengan Swedia. Sebab, Swedia sangat focus untuk menguatkan pertahanan belakang. Seandainya Swedia memilki satu saja pemain yang memiliki pemain yang suka sprint, mungkin paling tidak Spanyol sudah dihukum dengan skor 0-1.

Ball position tidak selamanya begitu menguntungkan tim. Terlebih jika tim lawan sudah mengetahui cara bermain tiki-taka. Enrique mesti lebih dinamis dan tidak terpaku pada tiki-taka. Grup E dihuni oleh tim-tim yang biarpun dikenal sebagai tim "kecil" tetapi tidak ingin cepat pulang begitu saja dan mereka siap menerapkan segala cara untuk menang, termasuk menerapkan rencana parkir bus.

Melihat hal ini, mestinya Enrique memiliki rencana alternative, karena lawan selanjutnya adalah Polandia yang sedang berada di dasar klasemen. Mereka ingin keluar dari posisi itu. Jika tidak segera berbenah, Spanyol harus bersiap pulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun