Menyikapi Musibah dalam KehidupanÂ
Musibah bukan untuk melemahkan, tetapi untuk menguatkan. Sebab, Allah tidak akan menguji seseorang di luar batas kemampuannya
Dalam perjalanan hidup ini, setiap orang pasti akan menghadapi berbagai bentuk ujian. Saya sendiri pernah berada di titik terendah ketika musibah besar datang tanpa disangka-sangka. Kala itu, saya kehilangan pekerjaan utama, padahal kebutuhan keluarga begitu mendesak. Seolah dunia runtuh, saya merasa tidak memiliki pijakan lagi. Namun, momen sulit tersebut justru menjadi titik balik yang mendewasakan dan memperkuat iman saya.
Musibah tidak hanya mengajarkan tentang kesabaran tetapi juga menyadarkan bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Saat menghadapi ujian itu, saya mulai merenungi diri, mencoba mendekatkan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam doa-doa panjang di malam hari, saya menemukan ketenangan yang perlahan menumbuhkan keyakinan bahwa musibah ini adalah bagian dari rencana-Nya untuk kebaikan yang lebih besar.
Momen tersebut juga membawa saya pada pemahaman baru tentang makna ikhtiar dan tawakal. Dengan bekal ilmu yang saya pelajari, saya mencoba bangkit, mengubah cara pandang, dan mulai menata kembali hidup saya. Dari pengalaman ini, saya sadar bahwa musibah bukan akhir dari segalanya, melainkan sebuah ujian untuk menguji keimanan dan ketangguhan.
Musibah dalam Perspektif Kehidupan
Tidak ada perjalanan hidup manusia di dunia ini yang mulus tanpa rintangan dan kesulitan. Kesulitan, kesusahan, dan bencana itulah yang disebut musibah. Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan musibah untuk menguji keimanan manusia kepada-Nya. Dalam Al-Quran, kata musibah disebutkan setidaknya 77 kali, tersebar pada 56 ayat dalam 27 surah. Hal ini menunjukkan pentingnya memahami hikmah di balik setiap musibah.
Empat Sifat Musibah
Pertama, musibah adalah sebuah kepastian yang dialami semua manusia. Semua musibah telah tercatat dalam Lauhul Mahfudz, sehingga kita harus mempersiapkan diri dengan ilmu agar bisa menyikapinya dengan bijak. Sebagaimana firman Allah:
"Tiada suatu musibah yang menimpa di bumi dan [tidak pula] pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab [Lauh Mahfuzh] sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."
(QS Al-Hadid [57]: 22).