Di sisi lain, janji yang sering dianggap ringan justru bisa memiliki dampak besar pada hubungan personal. Sebuah janji sederhana kepada teman atau keluarga, jika tidak ditepati, dapat merusak kepercayaan dan menciptakan konflik emosional yang mendalam.
Mengapa Kita Harus Menghapus Perbedaan?
Menempatkan ikrar dan janji dalam hierarki nilai yang berbeda hanya akan menciptakan bias dalam memahami arti tanggung jawab. Kita cenderung menganggap enteng janji kecil dan mengabaikan dampaknya, padahal janji kecil bisa menjadi cerminan integritas seseorang.
Sebaliknya, terlalu mengagungkan ikrar hanya karena sifat formalnya dapat membuat kita abai terhadap maknanya yang sebenarnya. Menghapus perbedaan ini berarti mengembalikan makna komitmen pada tempat yang semestinya: apakah itu diucapkan dalam lingkup formal atau informal, janji atau ikrar sama-sama harus ditepati.
Memaknai Komitmen dengan Utuh
Alih-alih membedakan ikrar dan janji, bukankah lebih baik kita memandang keduanya sebagai tanggung jawab moral yang setara? Bukan soal di mana atau bagaimana pernyataan itu diucapkan, tetapi sejauh mana kita berkomitmen untuk menepatinya.
Jadi, apakah benar kita harus terus memisahkan ikrar dan janji? Atau seharusnya kita mulai memandang keduanya sebagai dua sisi mata uang yang sama, dengan nilai yang tak terpisahkan? Pilihan ada pada kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H