tapi bukankah itu sekadar suara alam yang bisu?
Dentum luka? Nyanyian jiwa?
Mungkin hanya narasi lelah dari hati yang tak berdaya.
Bayangmu menari di kabut pagi,
katanya janji-janji manis yang abadi.
Tapi bukankah janji hanya dusta terselubung,
larut bersama angin, jadi omong kosong?
Hujan, sang bahasa abadi katanya,
tapi siapa yang mendengar? Siapa yang percaya?
Ini bukan sajak kehilangan,
hanya pengakuan: rindu itu kebohongan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!