Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dua Dekade, Luka yang Tak Pernah Sirna

26 Desember 2024   22:25 Diperbarui: 26 Desember 2024   22:25 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dini hari yang tenang berubah ngeri,

Bumi menggeliat, bergetar tak henti.

Langit gelap, laut mendesah,

Gelombang raksasa datang merampas nafkah.

Aku berdiri, tubuh gemetar,

Di depan mataku rumah terlempar.

Teriakan tak sampai pada telinga,

Semua lenyap, tersapu gelombang derita.

Anak-anak kecil hilang di pelukan,

Ibu dan ayah tenggelam tanpa pesan.

Pasar, masjid, sekolah pun rata,

Hanya duka menyisa di sudut mata.

Tanah ini, dulu harum zikir,

Kini menyimpan tangis getir.

Air mata bercampur lumpur,

Di mana tawa yang dulu bergulir?

Hari-hari berganti, namun luka abadi,

Setiap desiran ombak membawa memori.

Kita, saksi bisu sejarah kelam,

Tsunami mengingatkan, hidup tak selamanya tenang.

Dua dekade berlalu, Aceh kembali tegak,

Namun di hati ini, selalu ada retak.

Doa untuk mereka yang telah pergi,

Semoga damai di pelukan Ilahi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun