Pasar, masjid, sekolah pun rata,
Hanya duka menyisa di sudut mata.
Tanah ini, dulu harum zikir,
Kini menyimpan tangis getir.
Air mata bercampur lumpur,
Di mana tawa yang dulu bergulir?
Hari-hari berganti, namun luka abadi,
Setiap desiran ombak membawa memori.
Kita, saksi bisu sejarah kelam,
Tsunami mengingatkan, hidup tak selamanya tenang.
Dua dekade berlalu, Aceh kembali tegak,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!