Di sudut senja, ia duduk sendiri,
Wanita tua berbalut sunyi,
Orang-orang berlalu dalam tawa riang,
Namun dirinya terlupa, terbuang.
Dimana anak yang dilahirkannya?
Yang dulu ditimang dengan doa dan cinta,
Kini lenyap, seperti bayangan,
Meninggalkan ibunya dalam kesepian.
Dimana suami yang pernah menjadi teman hidup?
Yang bersumpah setia hingga akhir waktu,
Janji itu hilang di telan usia,
Tinggal kenangan yang mengiris jiwa.
Dimana keluarga yang dulu bersandar?
Yang menyebutnya rumah, penuh kasih terhampar,
Kini hanya asing yang melintas tanpa sadar,
Membiarkannya tenggelam dalam getir yang lelah.
Tak ada peluk hangat di musim liburan,
Hanya dingin yang jadi kawan,
Sepotong roti usang di genggaman,
Mata lelah menatap harapan pudar perlahan.
Oh, dunia, mengapa kau begitu kejam?
Melupakan jiwa yang dulu berjuang diam-diam,
Ia hanya ingin sedikit perhatian,
Bukan pesta, hanya sekadar kehangatan.
Kini, ia adalah bayang-bayang,
Di antara gemerlap yang berkilau terang,
Tolonglah, wahai hati yang berbelas,
Jangan biarkan ia terus terabaikan di atas alas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H