Di ujung senja yang redup berbisik, Â
Terbawa rindu yang tak pernah sirna mengusik,
Luka cinta menggores hatinya yang malang,
Serupa pisau yang tak henti menyayat.
Kaki melangkah pada kelam yang sepi,
Menyusuri jejak harapan yang telah pudar, Â
Seutas tali tergenggam di tangan rapuh gemetar,
Menggantung mimpi untuk akhir yang abadi.
Di atas ketinggian ia berdiri, Â
Mencari pelarian dari nestapa diri, Â
Berpikir, mungkin di sana akan ditemukan damai, Â
Mungkin pada tali ini ada bahagia sejati.
Sungguhkah ini akhir yang indah? Â
Benarkah jalan ini membawa bahagia yang kekal? Â
Atau mungkin hanya ilusi dari hati yang terluka, Â
Mencoba menutup luka dengan cara yang salah.
Hidup adalah anugerah, seberat apapun deri melanda,
Biarkan tali itu menjadi harapan, bukan akhir perjalanan. Â
Karena kebahagiaan sejati takkan hadir dalam kematian, Â
Melainkan di setiap napas dan perjuangan yang dipilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H