Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindunya yang Semu

1 November 2024   07:41 Diperbarui: 1 November 2024   09:23 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rindunya yang Semu

Seperti bayang di senja yang enggan reda,  

Rindunya menggantung di tiap pagi buta,  

Datang lebih awal, berharap tak sia-sia,  

Namun yang dirindu tak kunjung tiba.  

Di sudut kantor yang sunyi dan hampa,  

Ia menunggu bayangnya, walau hanya sekejap mata,  

Tapi dirinya pergi jauh tak teraih lagi,  

Hanya rindu  di hati, yang tersisa dan membayangi.  

Kursi yang biasa dia duduki kini kosong,

Seolah bertanya, "Kapan dia kembali datang?"

Dia masih disini, terpenjara dalam sepi,

Menunggu yang semu, berharap kekasihnya kembali.

Di tiap hembusan angin yang membelai wajah,  

Terbisik namanya yang takkan pernah punah,  

Namun hadirnya hanya ilusi yang menyiksa,  

Menyisakan luka, tak terobati dan juga tak reda.  

Bagaimana bisa ia membunuh rindu yang menggila,  

Sedang kenangannya melekat di setiap jejak yang pernah ada?  

Dia terjebak dalam bayangnya yang kini tak nyata,  

Merindu tanpa akhir, pad cinta yang pernah mereka bina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun