Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sehelai Rambut

22 September 2024   08:57 Diperbarui: 22 September 2024   09:17 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Renta tubuhnya digerogoti usia,  

Di sudut ruang, ia duduk setia,  

Menghitung hari, menghitung waktu,  

Menanti anaknya yang tak kunjung bertemu.

Sehelai rambut hitam telah lama luruh,  

Tak lagi tampak, tertinggal di peluh,  

Namun rindu tak pernah berkarat,  

Tersimpan rapi di lubuk yang pekat.

Angin malam membelai wajah keriput,  

Mengirimkan pesan rindu yang terpaut,  

"Pulanglah, anakku," bisiknya lirih,  

Meski tanpa rambut hitam, kasih tak beralih.

Hari demi hari, ia tetap menunggu,  

Tak ada keluh, tak ada jemu,  

Sebab baginya, rindu tak pernah sirna,  

Meski rambut memutih, cinta tetap nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun