Renta tubuhnya digerogoti usia, Â
Di sudut ruang, ia duduk setia, Â
Menghitung hari, menghitung waktu, Â
Menanti anaknya yang tak kunjung bertemu.
Sehelai rambut hitam telah lama luruh, Â
Tak lagi tampak, tertinggal di peluh, Â
Namun rindu tak pernah berkarat, Â
Tersimpan rapi di lubuk yang pekat.
Angin malam membelai wajah keriput, Â
Mengirimkan pesan rindu yang terpaut, Â
"Pulanglah, anakku," bisiknya lirih, Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!