Katamu hanyalah angin lalu, Â
Namun, tertinggal tajam di hatiku, Â
Lidahmu berkelok tanpa ragu, Â
Menggores luka yang tak terpajang waktu. Â
Teman, kau tahu tak sengaja, Â
Namun kata-katamu seperti senjata, Â
Menembus perisai yang kupasang, Â
Menyisakan perih yang tak kunjung hilang. Â
Andai bisa kuputar waktu kembali, Â
Menghapus percakapan yang menyayat ini, Â
Namun kata telah lepas, tak kembali, Â
Tinggallah aku dengan luka yang sunyi. Â
Tapi aku tahu, sahabat sejati, Â
Tak selamanya lidah tak terpeleset, Â
Maka, meski pedih hati ini, Â
Kuikhlaskan, belajar memaafkan, dan bersahabat lagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H