GIZI DI TANGAN NEGERIÂ
Di tanah subur, berlimpah pangan, Â
Namun anak-anak kurus beriringan, Â
Perut kenyang dengan makanan instan, Â
Gizi terabaikan, harapan pun pudar perlahan.
Stunting menghantui malam-malam sunyi, Â
Di balik senyum, kekhawatiran mengintai, Â
Generasi masa depan, adakah yang peduli? Â
Saat mereka tumbuh, dunia penuh misteri.
Pemerintah menggagas rencana, Â
Dewan Gizi Nasional hadir membawa asa, Â
Namun adakah kita berani bertanya, Â
Apakah ini nyata, atau sekadar wacana?
Di sekolah, bekal dari rumah jarang terlihat, Â
Jajanan kantin menggiurkan, namun gizi tak terlibat, Â
Orang tua sibuk, waktu kian sempit, Â
Kesadaran gizi hilang, anak-anak pun terhimpit.
Pangan lokal tersaji di setiap penjuru, Â
Namun mata pada yang impor dan jauh tertuju,
Singkong, ubi, jagung terabaikan di sudut-sudut desa, Â
Padahal di sana, nutrisi sejati bersemayam dengan mesra.
Gaya hidup kekinian menggelayuti, Â
Junkfood dan instan menjadi pilihan hati, Â
Tetapi di balik kepraktisan yang menarik, Â
Ada bahaya yang tak terlihat, merayap dalam tiap detik.
Oh, negeri yang kucinta, sampai kapan kita terlena? Â
Menanti perubahan dari angin dan udara, Â
Ayo bangkit, mari kita mulai dari sini, Â
Gizi seimbang adalah kunci, untuk masa depan yang berseri.
Anak-anak kita, harapan bangsa, Â
Dalam genggaman mereka, masa depan tercipta, Â
Jangan biarkan mereka tumbuh dalam hampa, Â
Pemenuhan gizi, adalah hak mereka yang tak boleh terlupa.