Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengurai Malam

13 Agustus 2024   23:25 Diperbarui: 13 Agustus 2024   23:28 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sanggupkah?

Dalam hening aku seorang diri,

Malam mengurai sunyi di dada,  

Cahaya rembulan setengah redup,  

Mengintip di balik awan yang gelisah.

Bintang-bintang berbisik pelan,  

Merangkai kisah di langit malam,  

Sedangkan aku mengurai kenangan,  

Yang tersimpan dalam hati terdalam.

Angin malam membisikkan harap,  

Meniup lembut di sela dedaunan,  

Menyapu luka yang masih basah,  

Membiarkan waktu menyembuhkan perlahan.

Dalam keheningan yang pekat ini,  

Kupeluk sepi dengan penuh damai,  

Mengurai malam dengan hati yang luka, 

Menantikanmu hingga pagi menjelang.

Mungkinkah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun