Di batas senja yang redup berkilau, Â
Terlukis jejak luka di dinding kalbu, Â
Dihimpit dendam yang membeku pilu, Â
Namun, benarkah ini jalan yang kutuju?
Duhai hati, kenapa kau biarkan derita ini, Â
Merantai jiwa, membelenggu hari? Â
Apakah dengan menyimpan dendam yang pedih, Â
Kau temukan kedamaian yang selama ini kau cari?
Kita semua insan dengan dosa tersirat, Â
Mencari ampun di tengah kesalahan yang berat, Â
Lalu, mengapa maaf tak kau sampaikan, Â
Pada mereka yang terjatuh dalam kelalaian?
Dendam, hanya api yang menyala di dalam, Â
Menghanguskan sukma, menyesakkan malam, Â
Memaafkan adalah angin yang lembut menyapu, Â
Membawa damai, mengusir kelam yang beku.
Mungkin tak mudah, mungkin butuh waktu, Â
Namun di ujung maaf, kau temukan bahagia yang syahdu, Â
Lepaskan beban, ringankan langkah di jalan, Â
Hidup terlalu singkat untuk dendam yang terus dikenang.
Mari, maafkan, dan bebaskan diri, Â
Karena dalam memaafkan, kita temukan arti, Â
Bahwa dalam setiap luka dan kelam, Â
Ada cahaya terang di ujung dendam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI