Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menikmati Dunia dengan Bijak: Panduan Islami untuk Keseimbangan Hidup

24 Juli 2024   01:45 Diperbarui: 24 Juli 2024   06:37 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Menikmati Dunia dengan Bijak: Panduan Islami untuk Keseimbangan Hidup

Oleh: Abi Wihan 

Dalam kehidupan sehari-hari, seorang muslim sering kali dihadapkan pada pilihan antara menikmati kesenangan duniawi dan mengejar kehidupan akhirat. Al-Qur'an dan hadits memberikan panduan tentang bagaimana seorang muslim seharusnya menyeimbangkan antara keduanya, sehingga tidak terjebak dalam kebahagiaan dunia yang sementara dan melupakan akhirat yang kekal.

Islam tidak melarang umatnya untuk menikmati kehidupan dunia selama tidak melupakan tanggung jawab dan kewajiban terhadap Allah dan kehidupan akhirat. Dalam pandangan Islam, dunia ini adalah ladang untuk menanam amal shalih yang hasilnya akan dipanen di akhirat. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki pemahaman yang benar tentang bagaimana seharusnya menikmati dunia tanpa merusak persiapan untuk kehidupan yang abadi.

Fenomena modern seperti materialisme dan hedonisme semakin memperkuat godaan duniawi. Banyak orang yang terjebak dalam siklus mengejar harta dan kesenangan tanpa memperhatikan dampaknya terhadap spiritualitas dan akhirat mereka. Maka dari itu, panduan dari Al-Qur'an, hadits, dan para ulama menjadi sangat penting untuk dijadikan pegangan agar seorang muslim dapat menikmati dunia dengan bijaksana dan tetap berpegang pada nilai-nilai agama.

Artikel ini membahas tentang boleh atau tidaknya seorang muslim menikmati dunia serta bagaimana seharusnya sikap seorang muslim dalam menghadapi godaan duniawi. Terdapat pandangan dari Al-Qur'an, hadits, serta ulama yang memberikan pemahaman lebih dalam tentang hal ini.

Menikmati dunia sering kali dikaitkan dengan materialisme dan hedonisme yang dapat mengganggu keseimbangan spiritual seorang muslim. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami batasan-batasan yang ditetapkan dalam Islam agar kita tidak terjebak dalam kesenangan sementara yang dapat merusak hubungan kita dengan Allah dan kehidupan akhirat.

Pendekatan dalam menikmati dunia ini juga sangat relevan dengan kondisi zaman sekarang, di mana kemajuan teknologi dan ekonomi memberikan akses yang lebih luas terhadap berbagai bentuk kenikmatan duniawi. Dalam situasi seperti ini, seorang muslim harus memiliki landasan yang kuat agar tetap berada di jalan yang benar dan tidak melupakan tujuan akhir hidupnya.

1. Pandangan Al-Qur'an

Allah 'Azza wa Jalla berfirman dalam QS. Al-Qashash [28]: 77:

"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang dianugerahkan Allah kepadamu, tapi jangan kamu melupakan bagianmu di dunia..."

Ayat ini mengajarkan bahwa seorang muslim diperbolehkan untuk menikmati dunia, asalkan tidak melupakan akhirat. Dunia ini harus dimanfaatkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di akhirat. Selain itu, ayat ini juga menekankan pentingnya keseimbangan antara usaha duniawi dan ibadah akhirat, sehingga keduanya berjalan seiring dan saling melengkapi.

2. Pandangan Ulama

Syaikh As-Sa'di Rahimahullah mengatakan:

"Nikmati dunia yang engkau miliki, tetapi tanpa merusak agamamu dan juga tanpa merugikan akhiratmu" (Tafsir As-Sa'di hal 623).

Pandangan ini menekankan pentingnya keseimbangan antara menikmati dunia dan menjaga iman serta amal untuk akhirat. Ulama ini memberikan panduan bahwa kesenangan duniawi yang kita nikmati harus selalu berada dalam batasan syariah dan tidak boleh melalaikan kewajiban kita sebagai hamba Allah.

Imam al-'Utsaimin Rahimahullah juga menyatakan:

"Ambil dari dunia apa yang halal bagimu. Janganlah engkau melupakan bagianmu dari dunia !! Akan tetapi jadikanlah dunia berada di tanganmu, & janganlah engkau jadikan dunia itu berada di hatimu !!! Dan ini penting !!! (Syarah Riyadhush Shalihin III/369)."

Ini mengajarkan bahwa dunia seharusnya tidak menjadi tujuan utama, tetapi hanya sebagai alat untuk mencapai kebaikan yang lebih besar di akhirat. Pesan ini penting dalam konteks modern di mana banyak orang terjebak dalam ambisi material yang mengesampingkan nilai-nilai spiritual dan moral.

Beliau juga menambahkan:

"Dan apabila seseorang itu cinta kepada harta karena ingin mengembangkannya, sehingga dengan itu bisa digunakan untuk beramal shalih, maka yang demikian itu baik" (Fatawa Nuur 'alad Darb, kaset no. 330).

Dengan demikian, memiliki dan mengembangkan harta dengan niat untuk beramal shalih adalah sesuatu yang baik dalam pandangan Islam. Kekayaan yang diperoleh dengan cara yang halal dan digunakan untuk tujuan kebaikan akan menjadi investasi jangka panjang yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Seorang muslim diperbolehkan menikmati dunia selama tidak melupakan akhirat. Islam mengajarkan keseimbangan dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat, serta menekankan bahwa dunia seharusnya menjadi sarana untuk mencapai kebaikan di akhirat, bukan sebagai tujuan utama.

Menikmati dunia bukanlah sesuatu yang terlarang dalam Islam, asalkan dilakukan dengan niat yang benar dan tidak melupakan kewajiban kita terhadap Allah dan akhirat. Sebagaimana nasihat ulama, jadikanlah dunia berada di tanganmu, bukan di hatimu, sehingga engkau dapat memanfaatkannya untuk kebaikan yang lebih besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun