Meretas Kesedihan dalam Pelukan Hangat Ayah dan Ibu
Oleh: Abi Wihan
Di sudut ruang, anak menangis pilu,
Warna-warni mimpi seakan memudar,
Perlombaan usai, hati terasa kelu,
Kegagalan datang menghantam sadar.
Pensil warna tergeletak diam,
Kertas menggambarkan asa yang retak,
Dalam setiap goresan ada harapan,
Namun kalah membuat hati meretak.
Ayah mendekat, pelukan hangatnya,
Menghapus air mata di pipi,
"Anakku, janganlah berduka lama,
Kegagalan ini hanya langkah kecil di hari ini."
Ibu berbisik lembut penuh kasih,
"Mewarnai hidup tak selalu sempurna,
Dalam kegagalan, kau belajar lebih gigih,
Esok hari akan ada banyak warna."
Dekapan hangat mereka menyelimuti,
Seakan dunia ini tak lagi sepi,
Dalam pelukan, rasa sakit terobati,
Kehangatan cinta membuat hati lega kembali.
Kalah bukan akhir dari segalanya,
Ayah dan ibu mengajarkan arti usaha,
Dalam tiap kekalahan, ada hikmahnya,
Semangat tak boleh padam, harus tetap menyala.
Menyusun kepingan hati yang retak,
Dengan cinta yang tulus dan ikhlas,
Anak tersenyum, tak lagi merasa sesak,
Menghadapi hari dengan lebih tegar dan bebas.
Setiap langkah kecil punya makna besar,
Kata ayah penuh dengan kebijaksanaan,
Meski kalah, jangan merasa terdampar,
Kemenangan sejati ada dalam perjuangan.
Cinta ayah ibu takkan pernah luntur,
Mereka ada di setiap tangis dan tawa,
Dengan kasih sayang yang begitu subur,
Anak merasa kuat, meski hati sempat terluka.
Hari esok penuh dengan kemungkinan,
Anak bangkit dengan semangat baru,
Dalam pelukan hangat, kegagalan ditinggalkan,
Menuju masa depan yang cerah dan ceria selalu.
Aceh Tamiang, 25 Juli 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H