Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ibuku! Dulu, Kini, dan Nanti

18 Juli 2024   05:31 Diperbarui: 18 Juli 2024   05:33 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibuku! Dulu, Kini, dan Nanti

Oleh: Abi Wihan

Ketika aku dalam kandungan,

Kau adalah rumah tempatku bernaung,

Lembut kasihmu mengalir tanpa batasan,

Hangat doamu melindungi setiap malam.

Ketika aku dilahirkan,

Tangismu dan tawamu bercampur jadi satu,

Kau peluk aku dengan cinta tanpa ragu,

Menjaga dan menyusui dengan penuh kasih.

Ketika aku balita,

Langkah kecilku kau tuntun dengan sabar,

Mengajarkanku kata dan doa yang benar,

Kasih sayangmu adalah pelita dalam gelap.

Ketika aku anak-anak,

Kau adalah guru dalam permainan dan belajar,

Mengenalkanku dunia dengan cerita yang segar,

Membimbingku dalam kebenaran yang bersinar.

Ketika aku remaja,

Saat aku mencari jati diri dan arah,

Kau tetap sabar meski terkadang marah,

Menyokong mimpi-mimpiku dengan semangat tak lelah.

Ketika aku dewasa,

Kebijaksanaanmu menjadi panduan langkahku,

Doa dan kasihmu selalu menemani jalanku,

Ibuku, cinta dan pengorbananmu abadi dalam hidupku.

Ketika aku bersedih,

Kau hadir dengan senyum yang menenangkan,

Kau hapus air mataku dengan lembut dan sabar,

Membalut luka di hatiku dengan kasihmu yang tak berkesudahan.

Ketika aku terluka,

Kau menjadi perawat yang selalu siaga,

Dengan pelukanmu, rasa sakit perlahan reda,

Kasihmu adalah obat yang menyembuhkan jiwa.

Ketika aku menangis,

Kau dengarkan keluh kesahku tanpa lelah,

Menguatkanku dengan kata dan doa penuh berkah,

Ibuku, cintamu adalah kekuatan sepanjang masa.

Ketika pagi,

Kau bangunkan aku dengan lembut dan kasih,

Menyiapkan hari dengan senyum yang penuh harap,

Cahaya matamu menyambut mentari yang terbit.

Ketika siang,

Kerjamu tak pernah lelah memberikan yang terbaik,

Memastikan aku selalu dalam keadaan baik,

Kasihmu adalah payung di bawah terik.

Ketika malam,

Kau doakan aku dalam hening yang suci,

Menutup hariku dengan pelukan dan cerita,

Ibuku, cintamu abadi hingga akhir masa.

Ketika aku masih sekolah,

Kau mengajarkanku disiplin dan tanggung jawab,

Membantuku mengejar impian dan cita-cita,

Kasihmu adalah inspirasi dalam setiap langkahku.

Ketika aku sudah bekerja,

Kau menjadi pendengar setia cerita perjuanganku,

Mendukung setiap keputusan dan langkah yang kuambil,

Doamu selalu menyertai setiap hariku.

Bahkan ketika aku sudah berumah tangga,

Kasihmu tetap mengalir tanpa batas,

Menjadi teladan dalam cinta dan kesabaran,

Ibuku, cintamu tak lekang oleh waktu.

Dulu, kau adalah seluruh duniaku,

Kini, kau tetap pilar yang kuka

gumi,

Nanti, kasihmu akan terus abadi,

Ibuku, kau adalah cinta sepanjang masa.

Aceh Tamiang, 18 Juli 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun