Menyusuri Sunyi dengan Harapan
Oleh: Abi WihanÂ
Tersesat di sunyi entah berapa lama,
Setelah menyaksikan hati yang perlahan mati.
Degup yang dulu penuh semangat,
Kini sunyi, menyisakan kepedihan yang kian merambat.
Di lengkung alis yang sendu,
Kepedihan berayun-ayun, tak pernah ragu.
Air mata, alasan dari duka yang mendalam,
Mengalir tanpa suara, di atas bantal malam.
Hujan turun sepanjang malam,
Menyelimuti bumi dengan kesedihan yang kelam.
Mantel biru basah oleh doa-doa,
Menggantung di sampiran, menunggu asa.
Namun dalam sunyi ini, aku temukan harapan,
Bahwa setiap malam akan berlalu dengan pelan.
Di balik hujan dan kepedihan yang mengalir,
Ada pagi yang menunggu, dengan sinar yang memancar.
Aku mungkin tersesat di sunyi yang mendalam,
Namun hatiku masih berdegup, meski perlahan.
Doa-doa yang tergantung di mantel biru,
Akan menjadi saksi, bahwa harapan selalu ada di balik kelam.
Kita mungkin merasakan duka yang mendalam,
Tapi ingatlah, selalu ada cahaya di ujung malam.
Dengan harapan dan doa yang terus terucap,
Kita akan menemukan jalan keluar dari sunyi yang gelap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H