Adakalanya pahit, layaknya kopi tanpa gula
Menyeduh realita tanpa selimut manis ilusi
Pahit yang mendewasakan, mematangkan pikiran
Membuka mata pada kebenaran yang sering terlupakan
Adakalanya manis, seperti madu di musim panas
Menyapa dengan kelembutan, mengisi dengan kebahagiaan
Manis yang memberi harapan, menenangkan lara
Membalut luka dengan senyum yang tulus dari cinta
Hikmahnya tersembunyi di balik setiap rasa
Pelajaran berharga yang tak terhingga
Kehidupan mengajarkan kita untuk terus bergerak
Menerima setiap rasa, sebagai bagian dari takdir.
Aceh Tamiang, 03 Juni 2024
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!