Di dalam labirin ragawi, jiwa bijak mengulur,
Menawarkan umpan pada jalan berliku,
Berkat atau keburukan, kebijaksanaan terpulur,
Di ujung jari, tergantung pilihan arah yang terukur.
Kaki meniti, menjelajah semesta,Â
Mengikuti jejak-jejak kebajikan atau membiarkan keburukan menguasai,Â
Langkah yang melekat membentuk kisah hidup yang terpikat,Â
Antara cahaya kebaikan atau kegelapan keburukan yang mengancam.
Mata yang memandang, penjaga hati dan jiwa,
Apakah melihat kebenaran atau terpesona oleh ilusi semu yang membuta?
Di setiap kedipan, tersimpan sebuah umpan terbentang,
Untuk membimbing jalan menuju kebaikan atau menyesatkan kejahatan.
Telinga yang mendengarkan, penerima pesan dunia,
Apakah memilih suara yang membimbing atau meracuni?
Di setiap lantunan kata, sebuah umpan terdengar,
Membawa kebijaksanaan atau kebodohan, memengaruhi keputusan.
Lisan, penjaga kata-kata, pembawa peluru umpan terakhir,
Apakah berbicara kebenaran atau menghasilkan tipu daya?
Dengan setiap suara, sebuah umpan dilepaskan,
Menyuburkan kebaikan atau menaburkan benih keburukan yang mematangkan.
Jiwa dan raga, Tentukan umpan yang diberikan,Â
Dan akhirnya, Kebaikan atau keburukan, dalam setiap langkah,Â
Adalah pilihan yang mengukir jejak hidup, memilih arah yang diambil.
Aceh Tamiang, 03 April 2024
Abi WihanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H