Sholatnya tanpa Makna
Oleh: Mariono Abu Al Fayyadh
Di ujung sajadah, pemuda itu besujud
Wajahnya merona tegang, hati berdebar
Ia merasa seperti angin yang lewat
Tak pernah benar-benar menyentuh bumi
Sholatnya, rutinitas yang terulang
Seperti catatan tanpa makna
Tak ada khusyuk, tak ada getaran
Hanya gerakan mekanis, tanpa jiwa
Ia ingin merasakan nikmatnya sholat
Seperti embun pagi yang menyentuh daun
Namun, bagaimana caranya?
Saat hati terasa kering dan beku
Pemuda itu berbicara pada Rabb-nya
Dalam sujud, ia mengucapkan doa
"Ya Allah, bukakan pintu hatiku
Agar sholatku tak lagi sekadar rutinitas"
Ia membayangkan Ka'bah di hadapannya
Seakan berdiri di bawah langit Mekah
Air mata mengalir, menghapus karat
Yang menutupi hatinya yang lemah
Lama-kelamaan, ada getaran
Seakan ada cahaya yang masuk
Pemuda itu merasa dekat dengan-Nya
Sholat bukan lagi rutinitas, tapi perjumpaan
Nikmatnya sholat yang khusyuk
Terasa seperti oase di tengah padang pasir
Pemuda itu tahu, bahwa setiap gerakan
Adalah tali yang menghubungkan dirinya dengan-Nya
Kini, sajadah bukan lagi dingin
Tapi tempat sujud dengan kehangatan
Kehangatan dekapan cinta Illahi RabbiÂ
Pemuda itu tersenyum, merasa dicintai
Sholatnya tak lagi terlupa, tapi berbekas
Aceh Tamiang, 19 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H