ANTRIAN MINYAK GORENG
Oleh: KPPT (Komunita Pegiat Puisi Telelet)
Berdiri antri berjejalan di teras kelurahan
Keringat membasahi kaos kusam keabuan
Kuabaikan rintihan perut perih keroncongan.
Terik mentari semakin menyengat
Kuharus bertahan walau terasa penat
Atrean panjang bergerak sangat lambat
Perjuangan yang aku rasakan begitu berat.
Harap yang tak lagi terjamah
Peluhpun seolah menjadi darah
Hatiku kini terluka penuh nanah
Mulut terucapkan sumpah serapah
Aamarahpun hanya menjadi sampah.
Demi satu liter minyak
Rela berkerumun berdesak
Tak peduli napas penuh sesak
Jatuh bangunpun tak bisa terelak
Jerat penat mengiring langkah jejak
Tuk perjuangan kehidupan para sanak.
Sejak pagi perut belum juga terisi nasi
Memburu antean dengan sebuah ambisi
Berharap tas bawaanku akan segera terisi
Penuhi hasrat anak agar tidak lagi ditangisi
Beraharap tersedia makanan di setiap situasi.
Mungkin kita harus lebih bersabar
Tak punya rupiah untuk membayar
Walaupun kulit hitam legam terbakar
Alhamdulillah dapat rezeki obati lapar.
Ya Allah Tuhanku Maha Pengasih
Kepada-Mu kami mohon belas kasih
Semoga nestapaku 'kan segera tersisih
Â
KPPT, 19 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H