Mohon tunggu...
Mariono Abu Al Fayyadh
Mariono Abu Al Fayyadh Mohon Tunggu... Guru - SD Negeri Lung Manyo_Aceh Tamiang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru Penggerak Angkatan 1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kamu Marah?

24 Februari 2022   19:46 Diperbarui: 25 Februari 2022   02:37 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption by www.canva.com

MARAH ?

Banyak sekali pemicu yang membuat kita marah, pemicunya bisa dari anak, istri, orang tua, sahabat rekan kerja, tetangga dan lain-lain bahkan marah bisa datang dari orang yang baru kita kenal atau bahkan dari orang yang kita tidak kenal sama sekali. Misalnya kita menyaksikan berita ada seorang anak yang menganiaya orang tuanya karena tidak menuruti kemauan anaknya padahal orang tuanya dalam keadaan sakit tak berdaya serta hidup dalam kemiskinan, hal seperti ini dapat memicu amarah dalam diri kita padahal kita tidak kenal terhadap anak tersebut.

Marah ...?

Kita pasti pernah marah misalnya kita akan sangat marah ketika kita merasa dibohongi oleh orang yang kita cintai atau kita merasa dibohongi oleh sahabat sendiri

Ketika kita sedang melampiaskan amarah kepada seseorang karena kita merasa dibohongi, maka kita akan semakin menghadirkan imajinasi dibohongi dalam pikiran kita, sehingga kita akan menganggap bahwa marah kita itu wajar dan benar karena ada alasannya yaitu karena merasa dibohongi.

Padahal bisa saja peristiwa kita dibohongi sudah berlalu, bahakan orang yang membohongi kita sudah mengakui atas kebohongannya bahkan sudah meminta maaf, tetapi marahnya kita tidak reda juga.

Padahal yang dibohongi bukan kita, kita hanya melihat dan menyaksikan orang lain membohongi orang lain, tetapi kita marah melihat kebohongan tersebut.

Padahal kita hanya menonton sebuah sinetron atau film atau membaca sebuah cerita dan menyaksikan adanya kebohongan namun apa yang kita lihat, apa yang kita baca membuat kita marah dan menahan emosi.

Tanpa kita sadari kebohongan yang kita saksikan telah membuat dan mengisi ruang imajinasi negatif kita hingga memancing reaksi marah dalam diri kita.

Marah baik itu dilampiaskan maupun tidak merupakan bukti bahwa pikiran sudah dipenuhi imajinasi negatif. Pikiran negatif tersebut telah membuat pikiran kita menjadi negatif atau berjalan tidak sesuai keinginan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun