Mohon tunggu...
Mario Manalu
Mario Manalu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Merangkai kata seideal fakta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pencari yang Tak Kunjung Menemukan

10 Oktober 2013   07:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:44 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ketika kita bertemu, sebenarnya saya sedang menjalankan penelitian terhadap para mantan calon pastor sebagai pengganti dari penelitianku yang terdahulu. Tapi kali ini kau yang membuyarkan konsentrasiku dan aku gagal lagi”

Pesanmu membuatku jengkel. Kecewa dan marah. Saya merasa bodoh dan lugu. Tapi sungguh, aku tetap merindukanmu. Merindukan diskusi-diskusi kita.

Saya datang lagi ke tempat itu sepulang dari Raja Ampat. Saya duduk sendirian. Kau tidak pernah datang lagi. Saya merasa kesepian dan sangat merindukanmu. Saya menunggu berminggu-minggu. Kau tak pernah muncul. Saya tidak tahu di mana kau berada. Ponselmu tak pernah aktif lagi. Semua kabur bagiku, sehingga akhirnya kuputuskan untuk melupakanmu. Tapi suatu siang telepon kantor kami berdering berdering, mengoreskan ulang cerita tentangmu dalam benakku.

“Sweet Megan’s Tour and Excursion?”

“Ya, benar. Ada yang bisa saya bantu?”

“Bisa saya bicara dengan Mr. Manalu?”

“Saya sendiri”

“Saya dari  Rumah Jiwa GGNet Belanda. Kami punya pasien bernama Camila van Gemert[1]. Setiap hari dia menuliskan nama anda di dinding. Di saku bajunya kami menemukan bisnis card anda dan kami putuskan untuk menghubungi anda”

“Maaf, saya tidak pernah mengenal orang yang bernama seperti itu”

Saya telah melatih diri untuk melupakan apa tidak perlu saya kenang, tapi akan kubiarkan namamu tertulis dalam puisi-puisi masa laluku. Sekedar untuk mengingatkan bahwa saya tidak terlahir sebagai manusia sempurna.

Saya hanyalah seorang anak yang sedang belajar arti kehidupan. Harta terakhir yang melekat dalam diriku hanyalah kebebasan. Kebebasan untuk membuat kesalahan-kesalahan dan mengukir prestasi-prestasi pribadiku hingga aku insaf arti sejati hidup ini.Trial and error menjadi hal biasa dan prasyarat utama dalam pengembaraanku.

Sanur, 10  Januari 2012

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun