Mohon tunggu...
Mario Manalu
Mario Manalu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Merangkai kata seideal fakta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pencari yang Tak Kunjung Menemukan

10 Oktober 2013   07:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:44 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidak peduli berapa kata atau kalimat atau lembar yang bisa aku tulis. Yang penting saya harus duduk di meja belajarku tepat pukul 09.45 setiap malam. Itu komitmenku. Hanya itu satu-satunya komitmen yang tersisa dalam diriku sebagai mantan Seminaris. Hanya itu yang bisa aku banggakan karena yang lainnya telah sirna, melebur dalam hiruk pikuk hidup ini. Sebagian memang atas kemauanku sendiri. Tapi sebagian karena terpaksa demi bertahan hidup. Bahkan imanku telah tergadai demi hedonisme dunia.

***

Keesokan harinya saya datang lagi ke bar tepat jam 08.00 seperti malam-malam sebelumnya. Saya memesan sebotol bir kecil. Kau sudah menungguku di pojok. Kita berbasa-basi, kemudian kau bertanya tentang puisi yang aku tulis. Aku keluarkan beberapa lembar kertas dari dalam tas kecilku berisi puisi-puisi yang sengaja kutulis dalam bahasa inggris agar kau mengerti. Kau membacanya sejenak.

“Kenapa tanggung? Tidak selesai…”

Kau mengambil lembar yang lain dan membacanya. Begitu terus hingga lembar terakhir.

“Semua tanggung. Tak satupun puisimu yang selesai…”

Saya tidak menjawab. Saya sendiripun tidak tahu mengapa saya kesulitan menuliskan bagian akhir dari puisi-puisiku. Kita mendiskusikannya dengan serius.

Keesokan harinya kita bertemu lagi di tempat yang sama dan pada jam yang sama. Kau membawa 3 buku kumpulan puisi yang pernah ditulis dalam biara. Dari situ kita mendapat inspirasi untuk membuat akhir dari puisi-puisiku: kehidupan dalam biara tak seindah yang tampak dari luar.

Kita sepakat, itu adalah akhir yang pas dan sesuai. Kita bersorak kegirangan atas keberhasilan itu. Kau memesan dua gelas long island tea untuk merayakannya.

Lebih satu bulan kita melakukan ritus yang sama. Kita selalu bertemu di tempat yang sama dan pada waktu yang sama. Kita berdiskusi tentang banyak hal. Kuakui kau adalah teman berdisikusi yang menyenangkan. Sayang, kita harus libur beberapa minggu. Saya diutus dari kantor untuk berlayar ke Raja Ampat, Papua menemani beberapa tamu kantor dalam sebuah cruise dari Amerika. Saya sengaja tidak memberitahumu karena satu alasan penting.

Ketika saya berada di tengah samudra sebuah pesan masuk ke dalam ponselku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun