"Di mana dia? Bukannya dari tadi mondar-mandir di sini", katanya menyebut seseorang yang tak ku kenal dan aku yakin pasti bahwa tak ada seorang pun yang mondar-mandir di tempat ini kecuali aku seorang diri.
"Nama-nama itu adalah tetangga kita", kata nenek tertua sekali waktu saat ia juga mendengar adiknya menceracaukan nama-nama itu.
"Mereka datang ke sini?"
"Tidak. Mereka sudah meninggal".
"Dia menunjuk tembok ini, dan bilang ada ulat begitu banyak yang menempel di dinding ini", kata nenek termuda sembari menunjuk pada tembok yang bersih, tak ada ulat.
Aku menyebutnya gejala halusinasi. Keluarga yang lain berpikir tentang tanda-tanda: orang-orang yang sedang sekarat bisa melihat hal-hal yang tak bisa dilihat oleh orang-orang yang sehat.
"Dia tidak akan lama lagi".
"Dia hanya menunggu harinya. Hari apa nenek lahir?", tanya kakakku.
"Senin".
***
Bukan hari senin, tapi Rabu sore.