Pada titik tertentu, ketika audiens aktif sudah mempunyai nilai dan pengetahuan yang mengakar, ia akan membaca pesan dari posisi yang berlawanan dan mudah menolak untuk sejalan dengan wacana. Ini persis ketika saya menghindari tayangan-tayangan tertentu yang tidak sejalan dengan faktor pembentuk kepuasan pribadi saya, katakanlah film romantis. Disinilah audiens berada dalam posisi oposisi.
Dua kondisi di atas tentu berbeda dengan audiens yang berada dalam posisi pemaknaan dominan. Sebagai khalayak pasif, mereka lebih sulit untuk tidak menerima begitu saja pesan yang disampaikan oleh media, karena mereka tengah menjadi objek arus langsung media.
Hal yang hendak saya tekanka adalah, bahwa konsep soal kecenderungan khalayak aktif dalam menegosiasi konten, seharusnya bisa menjadi bahan pertimbangan alternatif bagi para pembuat kebijakan -dalam hal ini KPI- untuk memaknai para pengguna media baru dengan cara yang tepat.
Mengandaikan penonton Netflix maupun pengakses situs YouTube sebagai individu yang rentan terkena "dampak negatif tayangan," menurut saya, menjadi paradigma yang mesti dievalusasi kembali relevansinya, karena mereka sejatinya sudah berada dalam kontrol ketika membiarkan diri berinteraksi dengan konten media.
Audiens media baru lebih berotonomi dalam mengonsumsi konten media dan memaknai nilai-nilai yang dibawa oleh kontennya. Khalayak aktif dalam media baru adalah individu yang sejatinya sudah memahami terlebih dahulu makna-makna yang dibawa dalam tayangan, terutama tayangan yang secara sengaja sudah dipilih.
Preferensi seorang pengguna media memang sesuatu yang subjektif, namun bukan berarti patut diremehkan. Ia adalah elemen yang powerfull dalam membantu individu audiens menciptakan kesadaran dan kontrol penuh dalam memahami dan menerima isi media.
Kritik dan masukan dari pihak lain, tentu sangat diterima untuk melengkapi pemetaan teoritis di dalam tulisan ini, yang saya akui memang cenderung determinatif.
Referensi :
Littlejohn, Stephen W., 1996. Theories of Human Communication. Edisi ke-5, Belmont-California, Wadsworth.
Rianto, P. (2016). Media baru, visi khalayak aktif dan urgensi literasi media. Jurnal Komunikasi: Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, 1(2), 90-96.
West, Richard dan Turner, Lynn H. (2014). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, terjemahan Bryan Marswendy, Jakarta: Penerbit Salemba.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI