Di samping itu, mengkliping bahkan lebih dari itu. Banyak aspek yang dapat kita gali dari aktivitas mengkliping sendiri, tak terkecuali yang berkaitan dengan unsur estetika. Senada dengan apa yang dipaparkan oleh Rony K. Pratama dalam artikel opini harian Kompas 15 Juli 2017, bahwa mengkliping juga merupakan bagian dari seni.Â
Diperlukan kelantipan hati agar syarat keindahan juga terpenuhi. Penulis sendiri pun sejalan dengan hal itu. Ketika kita mengerjakan segala sesuatu dengan bertatap pada keindahan --tak terkecuali mengkliping- secara tidak langsung kita menempatkan motivasi dan kesenangan personal kita kepada siapapun yang membaca.
Yang ingin penulis berusaha sampaikan di sini ialah, ketika generasi jaman sekarang kurang betah menjajaki adaptasi cara baru dalam berliterasi masa kini, maka adalah hal yang tepat untuk kiranya menengok kembali kebiasaan para pendahulu, mengkliping. Setidaknya dengan menyambut kembali budaya kliping dalam hidup kita, kita akan kembali menemukan apa tujuan awal sesungguhnya dari berinformasi yang benar, bahwa modernisasi tidak selamanya membatasi literasi hanya pada bagaimana secara instan kita bertindak-tanduk dalam dunia virtual, tetapi juga bagaimana kita memberikan nilai produktifitas yang lebih dalam memperkaya kapasitas pengetahuan, yang salah satunya adalah melalui budaya kuno mengkliping itu sendiri, karena mengkliping merepresentasikan aktivitas pendokumentasian pengetahuan.
Mengkliping akan membawa kita pada potret pembelajaran masa lalu, sekaligus membuka pikiran kita pada jalan kesempatan akan prediksi realitas dan pengetahuan baru di masa yang akan datang.
Daftar Pustaka :
Pratama, Rony K. LITERASI DAN PELAJARAN KLIPING. Kompas, edisi 15 Juli 2017.
www.kbbi.web.id
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI