Pasti banyak yang beranggapan bahwa Arab Saudi akan menjadi lebih mengerikan karena dilatih oleh pelatih spesialis juara dan juga pelatih legendaris di era 2000-an tersebut. Dan dari beberapa hasil ujicoba saat Roberto Mancini mulai melatih, Arab Saudi menunjukkan hasil yang cukup baik.Â
Di Piala Asia 2023 saat fase grup pun, Arab Saudi tampil meyakinkan dengan menjadi juara grup F dengan 2 kali menang sekali imbang dan tanpa kekalahan. Namun, ujian yang sesungguhnya terjadi ketika Arab Saudi lolos ke babak 16 besar dan lawan mereka adalah Korea Selatan.
 Korsel memang menjadi salah satu tim favorit juara, dan yang melatih juga adalah pelatih legendaris era 2000-an, Jurgen Klinsmann.  Seperti yang diketahui, Mancini dan Klinsmann sama-sama seumuran dan merupakan alumni pemain Piala Dunia 1990. Roberto mancini memang mengubah Arab Saudi menjadi tim Italia versi Asia, dengan menggunakan strategi pertahanan gerendel dan juga pola permainan ala Italia.Â
Namun sayangnya, di pertandingan melawan Korsel strategi tersebut tidak mempan dan berhasil dirobohkan oleh para pemain Korsel yang menggempur habis-habisan sepanjang pertandingan.Â
Korsel juga sudah seperti timnas Jerman cabang Asia, karenam memang Klinsmann berasal dari Jerman. Ketika tertinggal, mereka seperti terlambat panas dan kemudian mencetak gol saat situasi sudah diujung tanduk. Itulah yang terjadi tadi malam.Â
Debut yang menggembirakan untuk Klinsmann, namun debut yang sangat menyakitkan bagi Roberto Mancini. Tapi, saya mengharapkan agar Roberto Mancini tetap dipertahankan sebagai pelatih Arab Saudi.Â
Karena meskipun gagal membuka puasa gelar Arab Saudi di Piala Asia setelah terakhir juara di tahun 1996, namun secara permainan Arab Saudi benar-benar mengesankan dan berbeda saat di Piala Dunia 2022 lalu yang masih dilatih oleh Herve Renard. Meskipun Arab Saudi gaya permianannya menjadi seperti timnas Italia, tapi suatu saat nanti Mancini akan berhasil memberikan gelar untuk Arab Saudi.Â
Sungguh disayangkan dan sungguh menyakitkan, 2 finalis Piala Asia 2007 harus tersingkir dengan cara yang menyakitkan. Tapi, itulah sepakbola. Segala sesuatu memang tidak bisa diprediksi dan yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H