Memang benar adanya, bahwa ada pepatah mengatakan 'Penyesalan Selalu Datang Terlambat'. Itulah yang sedang saya alami saat ini. Saya lulus dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga pada tahun 2020, dan wisudanya tanggal 22 Februari 2020. Dan tak menyangka, itu adalah 3 minggu sebelum COVID-19 datang ke Indonesia.Â
Jadi, Puji Tuhan banget saya saat itu masih bisa merasakan wisuda offline. Dan benar saja, 3 minggu setelah saya wisuda, tepatnya 15 Maret 2020 COVID-19 sudah tiba di Indonesia. Dan itu membuat saya sangat sedih. Kenapa? Memang saya sudah lega karena sudah lulus dari bangku perkuliahan selama 5,5 tahun dari 2104.Â
Tapi, dengan adanya pandemi COVID-19 otomatis saya bakalan sangat susah mendapat pekerjaan. Terlebih lagi saya terpengaruh dengan tekanan dari pihak keluarga dan pihak lain yang menginginkan saya untuk segera bekerja. Sedih, bukan?
Selama pandemi dari rentang 2020 hingga pertengahan 2022 saya terus mengirimkan lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan, baik yang bersifat WFO maupun WFH. Tapi, paling mentok hanya sampai tahap tes dan selalu gagal. Sisanya tanpa ada jawaban dan ditolak tanpa harus tes. Tapi, Puji Tuhan di pertengahan tahun 2022, tepatnya bulan Juni akhirnya saya mendapatkan pekerjaan part-time sebagai Subtitle Translator.Â
Disinilah saya merasa sangat senang sekali ahirnya bisa bekerja dengan sungguh-sungguh meskipun hanya part-time tapi fee-nya juga lumayan besar. Saya bekerja hingga pertengahan bulan Juli dan fee dibayar awal akhir Juli dan Agustus.Â
Saya mengerti dan saya paham jika ini pekerjaan bersifat part-time dan freelance. Dan saya juga menyadari bahwa setelah itu sudah tidak ada lagi projek yang dikerjakan.Â
Dari situlah saya mulai frustrasi lagi dan mulai mencari pekerjaan yang sifatnnya Online dan WFH. Semua sudah saya lamar dan sudah saya kirim CV terbaru. Tapi tetap saja belum ada panggilan dan lagi-lagi ujung-ujungnya ditolak. Dan terlebih lagi gaji yang saya terima dari pekerjaan part-time tersebut tinggal menipis. Saya tidak tahu lagi harus bagaimana.
Namun, ada saran bahwa sekarang orang bisa mencari uang dengan mengirimkan cerpen, puisi, atau artikel di website lewat email. Saya mencoba mengirim artikel dan puisi tersebut ke semua website yang ber-email, namun juga berakhir dengan penolakan. Tapi, ada juga website atau blog yang ternyata bisa untuk menulis langsung di blog tersebut. Sudah saya coba ke beberapa blog, namun ternyata sistemnya harus di moderasi dulu.Â
Setelah beberapa kali mencari website untuk menulis artikel dibayar, akhhirnya ketemulah saya dengan Kompasiana. Dan dari situlah saya klik Kompasiana, serta iseng-iseng bikin akun di Kompasiana.Â
Dan saat itulah juga saya iseng menulis artikel berjudul Pantai Baru Yogyakarta yang Sejuk. Dan betapa kagetnya saya, setelah saya selesai menulis, artikel saya langsung terbit begitu saja danpa di moderasi!! Dan itulah artikel pertama yang saya buat dan viewersnya tembus sekitar 560-an dengan 5 rating. Dan tanggal saya bergabung di Kompasiana adalah 2 Agustus 2023, jadi baru 2,5 bulan saya menjadi Kompasianer.
Jujur, saya memang dulu sempat mendengar Kompasiana. Namun, saat itu saya hanya mendengar namanya saja tanpa pernah melihat wujudnya. Dan saya sempat bertanya-tanya, apakah Kompasiana adalah bagian dari Kompas? Ternyata betul sekali. Kompasiana adalah 'adiknya' Kompas. Hehehe. Dan inilah penyesalan terbesar saya.Â
Menyesal, mengapa tidak dari 3 tahun yang lalu saya memutuskan untuk menjadi Kompasianer. Menyesal, mengapa tidak sejak 3 tahun yang lalu saya menulis artikel di Kompasiana. Andai saja 3 tahun yang lalu saya sudah berbagung menulis di Kompasiana dan menajdi Kompasianer, saya pasti sudah kaya raya dan centang biru. Hehehe. Tapi ya itulah yang namanya hidup dan rezeki. Tidak ada yang tahu rezeki dan hidup seseorang, karena hanya Tuhan sajalah yang tahu akan hal tersebut. Memang saya terlambat tahu tentang Kompasiana, dan terlambat bergabung di Kompasiana untuk menjadi Kompasianer.Â
Tapi walaupun terlambat, artikel yang saya buat tidaklah sedikit. Sudah 77 artikel (Sekarang otw 78) yang saya buat dengan viewers 8500-an, like sebanyak 195, komen sebanyak 29, dan artikel yang dipilih adalah 22. Dan sampai saat ini belum ada artikel saya yang jadi headline. Hihihi. Tapi tidak apa-apa, yang penting adalah konsisten dan sabar. Sekarang, yang sedang saya tunggu adalah hasil dari saya menulis di Kompasiana, alias K-Reward. Hehehe. Semoga di akhir bulan ini atau di awal bulan November, saya bisa mendapatkan K-Reward dari Kompasiana. Hihihi.
Oh iya, memang saya hobi dan bakatnya adalah menulis. Dan itu saya sadari sejak saya masuk SMP. Saat SMP ada tugas menulis cerita, dan saya dengan sangat cekatan menulis cerita dengan berbagai ide yang muncul. Sejak itulah, bakat menulis saya dimulai. Hingga saat ini. Ketika saya akan menulis dan sedang menulis, pasti semua ide-ide itu selalu muncul di kepala saya. Dan ketika saya tidak sedang menulis, tangan saya serasa gatal ingin menulis sesuatu.Â
Mungkin memang inilah takdir saya. Takdir menjadi seorang penulis. Dan itu juga salah satu penyesalan terbesar saya, karena saat memilih jurusan kuliah di Sastra Inggris, saya malah memilih jurusan Translation daripada memilih jurusan Writing.Â
Dan tentu saja penyesalan tersebut sangat mempengaruhi saya, karena ternyata tugas akhir (skripsi) Writing lebih mudah dari pada Translation. Saya benar-benar menyesali hal ini setelah saya lulus kuliah. Tapi saya tidak ingin berlarut-larut dalam penyesalan dan kesedihan terlalu lama. Saya harus fokus untuk mengejar impian saya sebagai seorang penulis dan juga fokus mengabdikan diri saya untuk berkarya di Kompasiana. Tinggal menunggu hasilnya saja sekarang. Hehehe.
Yang saya salut dari Kompasiana ini adalah, ternyata penulisnya terdiri dari berbagai kalangan usia. Ada yang lansia, dan bahkan ada yang masih pelajar SMP. Pertanyaan saya adalah, apakah ada disini anak SD yang menjadi Kompasianer? Kalaupun ada, berarti memang luar biasa sekali. Hehehe.Â
Yah, itulah sekilas dari saya yang menyesal mengapa saya tidak dari dulu, tidak dari 3 tahun yang lalu bergabung dengan Kompasiana. Penyesalan memang selalu datang terlambat, tapi semua itu bisa dirubah asalkan ada kemauan dan memanfaatkan kesempatan kedua sebaik-baiknya, meskipun harus melalui proses yang  panjang. Semoga kisah saya ini bermanfaat bagi kalian semua, dan maaf apabila terlalu panjang dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan. Salam sehat dan salam sukses! Tuhan Yesus memberkati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI