Tentang Rintho, Dia lahir dari keluarga yang berbeda keyakinan juga. Ibunya menganut kepercayaan Islam, ayahnya menganut Katolik. Beberapa kakaknya mengikuti kepercayaan bapaknya, sedangkan dia memilih bersama ibunya. Kami berbeda di bawah satu atap, tapi kami tau apa yang harus kami katakan dan lakukan di  tengah perbedaan itu. Seperti di Indonesia, kita satu atap, di bawah atap Nusantara Terindah Toleransi.
...
Aku berada di titik waktu untuk kembali meninggalkan kota yang disebut miniaturnya Indonesia itu. Tepatnya awal Oktober 2018, setelah empat tahun saya menimba kekayaan hidup di sana. Saya tidak hanya membawa selembar kertas (ijazah), tetapi pelajaran berharga untuk menjadi manusia Indonesia, yaitu nilai-nilai kebangsaan yang saya cicipi di luar kelas, di sudut-sudut angkringan atau warung kopi. Di gelap-gelap malam, berterang cahaya lampu, saya kembali meninggalkan kota itu.
Saya sempat merasakan hangatnya sapaan-sapaan, dan lembutnya hembusan angin malam. Saya kembali seorang diri. Khusuknya malam itu menghantar saya pada sebuah refleksi tentang kehidupan seorang anak desa di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste. Terkadang, kita bertolak ke tempat yang lebih dalam untuk memahami sebuah arti kehidupan yang mendalam, dan saya telah melakukannya, di tepian Indonesia, saya bertolak ke dalamnya Indonesia. Dari Timor, NTT menuju Yogyakarta, DIY. Saya telah menikmati indahnya menjadi Indonesia yang seutuhnya. Saatnya, saya aplikasikan dalam keseharian.
...
..., telah berkedip cahaya di kegelapan gua itu. Mari kita bersama merawat api perjuangan itu agar tetap bernyala. Seperti kata Bung Karno, "warisi apinya, jangan abunya". Iya api toleransi di antar setiap anak bangsa. Biarkan dia bercahaya untuk menerangi jalan-jalan kehidupan kita menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia yaitu Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil, dan Makmur.
Akhir kata, sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang menjadikan perbedaan-perbedaan di dalamnya sebagai sebuah kekuatan besar untuk berevolusi dan berevolusioner. Merdeka!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H