Mohon tunggu...
Nofrianus Sothirjo Marin
Nofrianus Sothirjo Marin Mohon Tunggu... Lainnya - Suka Membaca Tulisan Ringan

Pejalan Sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saya Orang NTT "Nusa Terindah Toleransi"

15 Juli 2020   12:53 Diperbarui: 15 Juli 2020   12:55 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lebih jauh lagi, dia dengan pikiran yang terbuka karna banyak buku-buka yang dibacanya, dan "jam terbang" diskusi yang dilaluinya. Sesekali saya mengjaknya untuk menikmati kopi dan rokok di angkringan. Dia banyak bercerita tentang Nasionalisme ala Bung Karno. Bung besar kita, katanya, pernah berpidato dan mengatakan bahwa, "Kata Gandhi, My Nationalism is Humanity, dan kata saya, My Nationalism is also Humanity".

Sembari sesekali menyepul keluar asap rokok, dia melanjutkan dengan fasih, "Bahwa, nasionalisme kita adalah nasionalisme kemanusian yang diterjemahkan sebagai tidak adanya tindakan exploitation de l'homme par l'homme(eksploitasi, penindasan, penghisapan manusia oleh manusia yang lain) dan kemudian ditambah dengan, exploitation de nation par nation (penindasan sebuah bangsa oleh bangsa yang lain)". Aku hanya diam, dan mengangguk untuk merekam dan memahami kata-katanya. 

Nilai toleransi juga saya cicipi dari pergaulan dengan Bung Halim. Kali ini lebih fundamen. Menurut ceritanya, dan video testimoni yang saya tonton di salah satu media, dia  

mengungkapkan tentang kehidupan keluarga yang sarat dengan nilai toleransi. Halim lahir dari pasangan orang tua yang beda keyakinan, seperti Robby. Ayahnya menganut Islam, sedangkan ibunya menganut Budha. Dia dan adiknya dipersilahkan memilih, dan mereka berdua memilih untu menganut kepercayaan Kristen.

Menurut Halim, keluarga merekamemiliki suatu cara yang unik dalam menentukan agama, karena sejak kecil mereka dibebaskan untuk memilih agama apa saja, dan hampir semua agamasudah dipelajarinya. Semua agama, lanjutnya, tidak ada yang mengajarkan kejelekan, semuanya mengajarkan kebaikan dankebajikan. Dan satu hal lagi, di keluarga Bung Halim, jika ada masalah, selalu diselesaikan dengan cara musyawarah mufakat.

...

Setiap perjumpaan dengan teman-teman dari berbagai budaya itulah yang memperkaya pengetahuan dan tindakan saya tentang menumbuhkan sikap toleransi. Saya menemukan betapa indahnya hidup berdampingan di dalam setiap perbedaan yang nampak. Itulah mengapa orang bilang pelangi itu indah karena berwarna warni. Hal sederhana yang biasanya saya dan teman-teman lakukan sampai saat ini adalah saling mengucapkan selamat perayaan pada hari raya keagamanaan.

Saya mengucapakan selamat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha untuk teman-teman Muslim, dan Hari Raya Nyepi kepada teman yang Hindu. Sebaliknya mereka mengucapakan selamat Hari Raya Nataldan Paskah untuk saya. Kami berbagi kedamaian walaupun sebatas ucapan. Ingat saya, ketika masih di Yogja, kadang kami meluangkan waktu untuk perayaan dengan bakar-bakar, tapi bukan bakar kenangan. 

 

Di penghujung waktu kuliah, saya dan beberapa teman memilih untuk mengontrak sebuah rumah di wilayah Sleman. Hal yang sama, saya belajar bagaimana memahami setiap perbedaan yang mencolok dari setiap kami. Kami berempat di dalam rumah itu. Di teras rumah itu juga saya mendengar kisah yang tak kalah menarik tentang persahabatan, keharmonisan di antara anak bangsa khususnya di salah satu pulau di Nusa Tenggara Timur.

Di Adonara, kalo musim Lebaran, saat tetangga-tengga yang muslim beribadah, yang Nasrani (Kristen/Katolik) sudah menunggu sambil berbaris untuk bersalaman. Sebaliknya, ketika perayaan Hari Natal, para remaja mesjid dengan sukarela membantu pemuda Katolik untuk mendekorasi ruangan gereja. Dan, seusai ibadah, tetangga-tetangga yang yang muslim menunggu di depan gereja untuk bersalaman. Itulah kisah dari teman Rintho di kampung halamannya Pulau Adonara, Flores Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun