Pemerintah sebagai pelayan publik sudah membentuk peraturan yang mengatur tentang pemberian ASI, yang menjadi persoalan adalan sosialisasinya yang kurang sempurna, sehingga pemahaman ibu yang menyusui tentang ASI Eksklusif pun berbeda beda. Dari hasil penelitan memang jumlah ibu menyusui yang tidak begitu paham akan hal itu lebih sedikit dari yang paham.Â
Namun perlu diingat bahwa 35,1% pemahaman yang salah tentang ASI Eksklusif bukan persoalan yang sepele, karena menyangkut masa depan bayi, masa depan generasi penerus dan masa depan bangsa kita. Penyebabnya bisa jadi karena faktor internal dan eksternal. Fakor eksternal, karena adanya sosialisasi yang kurang massif, sehingga informasi yang diterima masyarakat menjadi bias. Sangat disayangkan, jika sosialisasi tentang ASI Eksklusif kalah dengan sosialiasi (re:iklan) susu formula.Â
Maka tidak heran jikan masyarakat memilih untuk menambahkan makanan atau minuman pendamping ASI. Faktor eksternal lainnya adalah karena kurangnya fasilitas pendukung seperti ruang laktasi. Dalam PP disebutkan tempat umum, kantor dan instansi pemerintah wajib menyediakan ruang laktasi yang layak bagi Dan kenyataan di lapangan, persebarannya belum merata. Ketersediaan di ruang publik justru sangat sedikit. Sehingga para ibu yang sedang menyusui merasa enggan untuk memberikan ASI Eksklusif
Resistensi
Produsen Susu Formula.
Orientasi mencari keuntungan, akan mencari celah kelemahan dari pelaksanaanPP tersebut. Apalagi dalam kajian pasal bermasalah, cukup banyak pasal yang krusial menimbulkan penafsiran dan pelaksanaan yang tidak optimal
Tenaga kesehatan
Bagi yang kurang mendukung gerakan pro ASI, maka pemikirannya mungkin sejalan dengan resistensi yang dimiliki oleh para produsen susu formula.
Fasilitas Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Hampir sama dengan para tenaga kesehatan.
Pembina dan pengawas