Saat berselancar di media sosial, hampir setiap hari saya mendapati ada saja ibu-ibu yang curhat tentang tumbuh kembang anaknya. Disatu kesempatan kebetulan saya membaca curhat seorang ibu tentang anaknya.
"Hey Mak Mak Rempong, Â minta pendapatnya doong. Emangnya seberapa kuat sih tenaga anak perempuan 4 tahun, sampai dia bisa dorong temannya hingga sariawan? Emangnya anak saya sekuat Hulk apa yaa? Kok sampai emak2 tetangga ngomel2, Â katanya anaknya didorong anak saya sampai sariawan dan harus minum obat. Apa perlu saya beliin obat n buah2an buat anak itu?"
"Good morning Ibook ibook yang baik hatii.. Pagi2 udah dibikin kesel nih sama tetangga sebelah. Jadi ceritanya aku baru pindah rumah nih. Nah kebetulan depan rumah lagi bangun rumah belum selesai, jadi disana ada pasir. Nah anakku ikut2 teman barunya mainan pasir di situ. Masa tetanggaku itu marahin anak saya, gara2 anak saya mainan pasir milik tetangga. Padahalkan banyak anak2 lain juga yang mainin, cuma mereka udah pada pulang. Yaudah aku balik semprot aja tu tetangga, sambil masuk rumah n tutup pintu ."
Kurang lebih seperti itu curhatan seorang ibu di salah satu group tumbuh kembang anak, yang lantas dijawab dengan berbagai macam jawaban oleh anggota group yang lain. Intinya, Mereka menyayangkan sikap si ibu yang bukannya mengajari anak untuk meminta maaf tapi malah membela anak yang salah.
Memang sudah sewajarnya, insting orang tua saat melihat anak melakukan kesalahan dengan orang lain adalah tetap membelanya. Tapi tentunya membela dengan cara yang benar, bukan lantas membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Berikut adalah hal-hal yang sebaiknya dilakukan orang tua saat mendapati anak melakukan kesalahan kepada anak lain :
1. Pahamkan kepada anak bahwa perbuatanya salah, dan tidak boleh diulangi lagi.
2. Ajak anak untuk meminta maaf segera, dan mengakui kesalahan serta berjanji untuk berusaha tidak mengulangi lagi.
3. Jika sudah meminta maaf, tetapi anak tersebut masih bersedih atau menangis, mintalah anak kita untuk mencoba menghibur dan bermain bersama kembali.
4. Jika ada kerugian material, Â misalkan merusakkan mainan milik teman atau melukai yang sekiranya membutuhkan obat atau biaya periksa ke dokter, maka kita sebagai orang tua yang bertanggung jawab mengganti kerugian material tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, Â pastinya sering kita jumpai anak-anak melakukan kesalahan kepada temannya. Terkadang anak tetangga pulang sambil menangis karena bertengkar dengan anak kita. Tapi dilain kesempatan, anak kita kedapatan menangis dikarenakan kena pukul teman bermainnya. Keesokan harinya mereka sudah ceria dan bermain bersama kembali seolah tidak terjadi apa-apa. Hal demikian sudah lumrah terjadi di kalangan anak-anak.
Lain halnya dengan cara yang dilakukan orang tua dalam menghadapi kejadian tersebut. Ada orang tua yang tetap tenang saat anaknya bertengkar. Ia memilih mendengarkan penjelasan anak terlebih dahulu, memberi kesimpulan, lalu menasihati anaknya supaya lebih hati-hati, lebih bijak saat bermain dan memaklumi sikap anak-anak yang demikian karena mereka masih butuh bimbingan.Â
Namun ada juga orang tua yang memilih membela mati-matian anaknya tanpa tau siapa yang salah. Dia langsung saja percaya perkataan anaknya tanpa mendengarkan penjelasan dari kedua belah pihak. Dia datang memarahi teman anaknya yang menurutnya bersalah. Dan membawa dendam kepada orang tua si anak.
Anda termasuk orang tua yang mana nih? Jika seperti orang tua yang kedua, Â maka kini saatnya anda harus berubah. Karena hal tersebut tidaklah bijak, justru akan merusak masa depan anak anda sendiri dan semakin menambah musuh dalam hidup anda.
Saat anak kita melakukan kesalahan kepada orang lain, Â segeralah ajak anak untuk meminta maaf. Saat sudah di rumah, Â ajaklah anak ngobrol dari hati ke hati. Â Biarkan dia cerita mengapa dia melakukan kesalahan tersebut, lalu nasihati dia dengan penuh kasih sayang. Lakukan hal demikian setiap kali anak melakukan kesalahan ataupun berbuat yang tidak baik kepada orang lain. In shaa Allah lambat laun anak akan mengerti dan semakin hari sikapnya akan semakin baik, patuh dan santun.Â
Hindari langsung memarahi anak saat dia berbuat salah, Â apalagi di depan teman-temannya. Karena hal tersebut akan membuat harga diri anak jatuh dan justru bisa membuat anak jadi berontak dan tidak patuh saat diberi nasihat. Tidak menutup kemungkinan, Anak juga bisa menjadi berwajah dua, yaitu patuh saat di depan kedua orang tuannya, tapi berperilaku buruk saat jauh dari orang tuanya.
Selalu dibela saat bersalah membuat anak sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Ia juga akan selalu merasa benar sendiri, egois, dan cenderung melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang, hal tersebut dikarenakan anak tidak bisa belajar dari kesalahan yang pernah diperbuatnya. Saat sadar bahwa ia tengah melakukan kesalahpun, Ia tetap akan merasa tenang dan tidak mau meminta maaf karena ia percaya bahwa orang tuanya akan datang menjadi temeng untuk membela dirinya.
Jika hal tersebut tidak segera diatasi, tidak menutup kemungkinan saat dewasa nanti ia akan menjadi orang yang tidak tau malu, Â sudah tau dirinya salah, korupsi dan menelan uang rakyat triliyunan rupiah, tapi masih tidak mau mengaku, bahkan masih dengan percaya diri senyam senyum sambil melambai lambaikan tangan di layar televisi. Giliran terbukti bersalah, baru menangis memohon-mohon untuk dimaafkan. Bukankan sudah sangat familiar kejadian seperti itu di mata dan telinga kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H