Mohon tunggu...
Mario PatriatamaMaith
Mario PatriatamaMaith Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student

A student

Selanjutnya

Tutup

Film

Kualitas vs Diversitas: Apa yang Kehilangan dalam Film?

20 November 2024   07:49 Diperbarui: 20 November 2024   07:54 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, lalu gimana dengan film-film yang memang berhasil menggabungkan representasi secara autentik tanpa mengorbankan kualitas? Coco jadi contoh bagus di sini. Film ini membawa penonton ke dalam budaya Meksiko dengan sangat autentik. Mulai dari tradisi Da de los Muertos sampai nuansa musikal dan kehangatan keluarga, semuanya terasa organik dan jadi bagian dari cerita yang kuat. Representasi di sini bukan sekadar tempelan, tapi benar-benar bagian dari tema besar filmnya.

Film Black Panther juga jadi contoh yang sukses. Representasi budaya Afrika di sini terlihat dalam detail pakaian, arsitektur, dan gaya hidup yang diperlihatkan. Elemen-elemen ini nggak hanya menambah warna, tapi juga memperkuat dunia fiksi Wakanda dan cerita keseluruhan. Hasilnya? Penonton gak hanya terhibur, tapi juga merasa lebih dekat sama budaya yang ditampilkan.

Jadi, Representasi di Film Itu Harusnya Kayak Gimana, sih?
Akhirnya, gimana sih cara terbaik buat menghadirkan keberagaman di film tanpa kehilangan esensi cerita? Contoh yang baik bisa kita lihat di film seperti The Wild Robot atau Inside Out. Di sini, karakter-karakternya bisa mewakili emosi, pertumbuhan, dan perkembangan diri, bukan melalui fisik atau identitas sosial. Representasi kayak gini lebih universal dan menyentuh penonton karena yang diangkat adalah karakter dan perjalanan batin mereka, bukan sekadar latar belakang etnis atau orientasi tertentu.

Kalau pun ingin menghadirkan budaya atau latar belakang khusus, penting banget buat melakukannya secara alami. Misalnya, kalau mau mengangkat budaya Meksiko, seperti di Coco, ceritanya bisa benar-benar berpusat di dalam budaya tersebut, bukan hanya sekadar menambahkan karakter dari latar belakang tertentu tanpa alasan yang jelas. Sebaiknya, pilih cerita yang memang relevan dan terhubung langsung dengan budaya itu sendiri, bukan sekadar memenuhi "kuota."

Pada akhirnya, representasi yang baik adalah yang mengalir alami dalam cerita dan mampu membawa penonton lebih dekat ke dunia yang dibangun oleh film. Dengan begitu, kita dapat menikmati keberagaman tanpa mengorbankan kualitas cerita dan pengembangan karakter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun