Mohon tunggu...
M Arifin Pelawi
M Arifin Pelawi Mohon Tunggu... Akuntan - PNS

Mahasiswa PhD yang dibiayai LPDP

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Zonasi di Antara Lotere dan Penindasan

7 Agustus 2018   01:55 Diperbarui: 7 Agustus 2018   02:06 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Zonasi adalah kata yang cukup tren belakangan ini, terutama di kalangan orang tua yang baru saja mendaftarkan anaknya ke sekolah baru. Istilah ini mengacu pada sistem penerimaan murid baru berdasarkan tempat tinggal si pendaftar. 

Kebijakan ini merupakan hasil buah karya dari bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Muhadjir Effendi yang memang cukup terkenal dalam membuat kebijakan yang secara teori baik namun mengundang kontroversi. Tak ayal, banyak yang mengkritik kebijakan zonasi ini.

Zonasi sudah dan sedang diterapkan juga di beberapa negara lain selain Indonesia. Inggris dan Amerika Serikat sudah lama menerapkan sistem zonasi ini. Di kedua negara tersebut, zonasi terbukti sebagai kebijakan yang buruk. Ofsted, auditor sekolah di Inggris misalnya, menyatakan bahwa penerapan zonasi sekolah menciptakan keadaan seperti lotere. 

Anak-anak yang berada di dalam lingkup kode pos yang bagus maka bisa mendapatkan pendidikan yang baik. Keadaan yang menciptakan adanya ketidak sama-rataan pendidikan yang diperoleh oleh anak-anak berdasarkan rumah mereka tinggal. Hal yang sama terjadi juga di Amerika Serikat. Bahkan di tahun 2005, koalisi orang tua, anak, guru dan penduduk di suatu distrik di Connecticut menuntut keadilan ke pengadilan atas adanya ketimpangan kualitas sekolah yang sangat besar antara satu distrik dengan distrik yang lain. 

Mereka menuntut keadilan agar tidak ada perbedaan kualitas pendidikan berdasarkan zona. Proses pengadilan mengenai keberatan zonasi ini bahkan masih berlangsung hingga tahun 2017.   

Kebijakan pendidikan berdasarkan zonasi juga memberikan efek yang tidak baik pada ketimpangan harga tanah di Amerika Serikat dan juga di Inggris. Daerah yang memiliki zona sekolah dengan kualitas baik akan membuat harga rumah di daerah tersebut menjadi mahal. 

Orang tua berburu untuk membeli rumah dengan pertimbangan kualitas sekolah di daerah tersebut. Persaingan untuk mendapatkan sekolah bagus menjadi pendorong kenaikan harga rumah. Hal yang mengakibatkan tentu saja kembali bahwa hanya orang kaya yang menikmati sekolah bagus.

Jika membahas pendidikan maka tentu saja tidak boleh ketinggalan membahas Finlandia sebagai anak emas para peneliti di bidang pendidikan. Finlandia juga menerapkan sistem zonasi. Tapi berbeda dengan negara lain, mereka memiliki sistem yang bisa memfokuskan kualitas pendidikan pada daerah yang memiliki murid yang berasal dari kalangan ekonomi lemah. 

Guru-guru terbaik selalu dikirim ke sekolah dimana murid-muridnya merupakan anak-anak dari masyarakat yang tidak menguntungkan seperti daerah miskin dan atau imigran. Pengalokasian sekolah di negeri Sosialis ini (sekali lagi Finlandia adalah negara Sosialis dengan sistem pemerintahan yang sangat dipengaruhi oleh Marxisme yang sangat kental), memang memfokuskan pada penyamarataan. 

Negeri yang terkenal dengan kualitas PNS terbersih di dunia ini bisa dengan mudah melakukan alokasi guru yang baik karena sistem penempatan guru dan perekrutan guru sangat bersih dan hanya lulusan terbaik yang bisa menjadi guru. Guru adalah seorang manusia dengan pendidikan master dan lulusan terbaik namun bersedia digaji setara lulusan SMA. 

Semakin bagus kualitas seorang, ia harus bersedia disalurkan ke daerah pelosok atau daerah orang miskin. Hal yang membuat kualitas sekolah di negeri Sosialis ini tidak terlalu beda antara zona karena zona dengan kualitas murid baik akan mendapatkan kualitas guru dibawah zona dengan kualitas murid yang buruk (kualitas buruk dianggap berhubungan dengan keadaan keluarga dari si murid bukan potensi anak).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun