Setelah itu aku dan Kak Brylen berjalan bersama di lorong sekolah yang ramai oleh murid murid lainnya. "Byee, sampai jumpa lagi nanti siang Sya!" Seru Brylen sambil melambaikan tangan kepadaku. Hingga jam pulang pun tiba, namun hujan turun sangat deras, sehingga kami tidak dapat langsung pulang. "Kak, emang gapapa kalau kita pulang telat?" tanyaku pada Kak Brylen dengan rasa sedikit takut jika pulang malam.
 "Sya..namanya hujan, kamu gabisa menyesali itu..santai aja kalau sama aku pasti aman dr awal brangkat sampai tujuan" Balas Brylen dengan nada sedikit tertawa. "Kakak, nyebelin banget sihh" Sautku dengan kesal, hal itu semakin membuat warna pipiku kemerahan karna rasa bahagia yang tidak terkira. Setelah kami menunggu sekitar 10 menit, hujan pun reda dan kami dapat pulang. Disepanjang jalan, hatiku sangat berdebar debar, baru kali ini aku merasakan jatuh hati sejatuh jatuhnya, hanya dengan Brylen saja aku merasakan hal ini.Â
Dalam perjalanan, kami sering ngobrol tentang banyak hal, dengan hati yang berdebar debar, seorang Brlyen yang karakternya pendiam dan juga cool tibatiba menarik tanganku untuk dapat memeluk pinggangnya diatas motor. Hal itu semakin membuat hatiku bergejolak karena aku baru pertama kali merasakan seperti ini.Â
"Sya, kamu lucu deh..boleh engga aku panggil kamu leya?" Tanya Kak Brylen kepadaku. "Boleh kak dengan senang hati!" ujarku semangat. Dalam perjalanan tersebut aku dan Brylen banyak bertukar cerita tentang kehidupan kami. Kemesraan kami semakin bertamah karena dalam perjalanan pulang yang berlatar belakangkan kota Yogyakarta yang habis diguyur hujan membuat memori yang terbangun menjadi hal paling romantis. Sekian ceritaku dengan seseorang bernama Brylen John Arthur dan kenangan kami terhadap Kota Yogyakarta setelah diguyur hujan. Yogyakarta after rain adalah memori paling indah saat aku duduk dibangku SMA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H