Mohon tunggu...
Mariemon Simon Setiawan
Mariemon Simon Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Silentio Stampa!

Orang Maumere yang suka makan, sastra, musik, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Chelsea: Football is The Game

14 Maret 2022   00:44 Diperbarui: 14 Maret 2022   01:07 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Twitter GOAL Indonesia)

Di  tengah kontroversi kebijakan FA sebagai konsekuensi kedekatan sang mantan boss terhadap Vladimir Putin, Chelsea rupanya lebih tangguh dari semua kontroversi kebijakan yang oleh sebagian pengamat bola dianggap timpang itu. Di atas lapangan, di tengah ketidakjelasan soal kepemilikan klub, Chelsea berhasil menjawab keraguan.

Barangkali benar apa kata para pesepakbola lain: "Jangan mencampuri urusan sepakbola dengan politik." Jika toh politik telah meracuni sepakbola, sejauh ini Chelsea sudah membuktikan dan patut diacungi jempol karena tetap tampil menawan.

Barangkali benar apa yang dikatakan Thomas Tuchel, "Bagaimanapun, kami akan berjuang. Selama masih punya cukup uang untuk transportasi dan kostum yang ada untuk bertanding, kami siap untuk bertanding." Begitu Tuchel memotivasi anak-anak asuhnya dan menggenapi perkataannya. Maka tidak heran, di pinggir lapangan, pria Jerman itu mengepalkan tangan tanda kepuasan usai Pluit akhir berbunyi.

Menjawab keraguan adalah bukti bahwa mental the Blues sudah tidak diragukan lagi. Setelah Pluit panjang, Stamford Bridge bergemuruh dan bersorak. Tidak ada yang perlu diragukan lagi dari para pemain. Di tengah kebijakan FA yang aneh, para punggawa The Blues tetap menunjukkan sikap profesionalitas mereka.

Usai laga, 'anthem' Chelsea Blue ia a color, football is a game. Pada empat baris terakhir, saya merinding mendengarnya.

"Blue is the colour, football is the game// We're all together and winning is our aim// So cheer us on through the sun and rain// Cos Chelsea, Chelsea is our name."

Chelsea telah membuktikan bahwa mereka tangguh di segala situasi. Jika 'football is the game', mengapa sepakbola yang indah itu harus menjadi tumbal dari urusan politik-militer?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun