Mohon tunggu...
Mariemon Simon Setiawan
Mariemon Simon Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Silentio Stampa!

Orang Maumere yang suka makan, sastra, musik, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

El Clasico dan Pengalaman Keterlukaan

13 April 2021   08:05 Diperbarui: 16 April 2021   11:27 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#3. ...dan Orang Lain Menertawai Saya

Sepanjang malam hingga hari berganti, saya bersama delapan orang teman menghabiskan waktu dengan bercerita sambil menikmati moke dan ikan panggang. Demi El Clasico! Pertandingan antara Liverpool melawan Aston Vila dilewatkan begitu saja, sebab kemenangan 10 pemain Leeds United atas Manchester City dan persiapan tim jelang El Clasico lebih menarik untuk dibahas. Sebagai satu-satunya pendukung Barcelona di situ, saya berjanji akan menari dengan bertelanjang dada di depan rumah jika Barca memenangkan duel.

Namun pada akhirnya, saya harus menerima (lagi) luka karena kekalahan itu. Sendirian. Saya bisa membela diri dan tim kesayangan saya (tentu saja dengan membawa-bawa keputusan wasit yang kontroversial itu), tetapi ketika harus sendirian menghadapi delapan orang yang 'enggan pulang sebelum olok', saya pasrah. Sial, saya ditertawai habis-habisan!

Sepakbola dalam rupa El Clasico telah bertindak seenaknya. Ia membuat seseorang yang menyebut Vini Jr. dengan sebutan 'wini' menertawai temannya yang tahu bagaimana menyebut nama Thibaut Courtuis. Ia membuat seseorang yang selalu meng-update berita transfer pemain harus kalah taruhan dan merelakan dua bungkus rokok kepada temannya yang baru menyadari kepulangan Gareth Bale ke Tottenham saat laga sedang berlangsung.

Tidak adil? Terserah bagaimana Anda menilainya. Inilah panasnya El Clasico, dengan segala rentetan sejarah, simbol, dan rivalitasnya; jika ingin terlibat di dalamnya, bersiaplah untuk mencumbui salah satu dari dua wajah sepakbola ini: menang dan merayakannya, atau kalah dan meratapinya. Jika ingin terlibat dalam El Clasico, harapan boleh saja tinggi, tetapi seluruh harapan itu bergantung pada 22 pemain berkostum putih dan biru-merah yang bertarung bertaruh gengsi di lapangan. Selebihnya tergantung pada ke mana Dewa Sepakbola yang suka kejutan itu berpihak.

(Dan karena El Clasico pula, saya baru bisa menghasilkan tulisan yang tidak bagus-bagus amat ini beberapa hari setelah klub kesayangan saya takluk 2-1 dari Real Madrid beberapa hari lalu. Mengapa? Karena butuh waktu untuk menulis tentang luka sendiri!)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun